Judul : 7 Cahaya
Cinta (Penghangat Jiwa Pencerah Hati)
Penulis : Muhammad
Faiz Arrauhy
Penerbit : Mitra
Pustaka
Cetakan : April
2015
Halaman : 222
halaman
ISBN :
978-602-8480-73-4
Ada satu nama yang tersimpan di hatiku
Degup jantungku menyebutnya penuh rindu
Bersama angin yang membawa napasku
Izinkan rinduku menitip doa untukmu
Wahai rindu tetaplah berpendar di gelap malam
Meski rembulan masih saja bersembunyi
Teruslah bersitahan menanti
Hingga rindu menjelma kunang-kunang
Dan saksikanlah, dia terus berkerlip dan terbang
Bersama doa-doa dan sujudku.
Sinopsis
Kisah seorang
Syahid dalam menemukan cinta sejati, bahwasannya setiap orang diberikan
kekurangan dan kelebihan, hanya saja sampai sejauh mana kita bisa
mengoptimalkan apa yang kita miliki. Rasa syukur dan sabar adalah cara untuk
menemukan kebahagiaan.
Syahid seorang
pemuda yang secara fisik penuh kekurangan, sepanjang hidupnya ia habiskan di
atas kursi roda. Kelemahannya tak menjadikannya minder. Dengan kerja kerasnya,
akhirnya ia bisa memiliki usaha hingga meraup penghasilan yang cukup besar dari
jasa online. Hingga suatu hari,
keinginannya untuk menikah menjadi dasar kegundahan ibunya. Beberapa kali
mencoba lewat taaruf, bahkan biro jodoh telah ia lakukan untuk ikhtiar yang
maksimal. Namun, Allah belum berkehendak. Banyak dari mereka menolak karena
melihat kondisi fisiknya, bukan hati atau agamanya.
Akhirnya, ibunya
menemui seorang guru ngaji untuk mencari menantu. Inilah usaha dan cinta
seorang ibu demi kebahagiaan anaknya. Khumaira, nama gadis yang menjadi pilihan
itu. Apakah Khumaira menerima, apakah nama yang indah, paras yang cantik, sama
bening dengan hati dan kebaikannya?
***
Bagi saya, ini
adalah buku dengan tingkat emosional dan baper yang tinggi. Apalagi bagi
seseorang yang masih mencari jodoh #uhuk. Atau bagi yang telah berkeluarga,
kita akan banyak belajar dari konflik tentang rumah tangga. Banyak pelajaran
yang bisa diambil, banyak nasihat yang patut kita contoh. Saya sangat
bersyukur, bisa membaca buku ini, cukup menguras air mata saya hingga lembar
terakhir. Butuh perenungan saat membacanya, maka baru akan kamu dapatkan ibroh
dari membaca buku tersebut.
Hal-hal yang saya
suka dalam novel ini, selain karakter tokoh yang kuat, ini adalah novel dengan
balutan religi yang kental. Ada banyak nasihat yang shohih karena dibarengi
dengan hadist dan Firman Allah. Tentu tidak sembarang dalam menggarap kisah
ini. Terkadang beberapa tulisan islami yang terlalu banyak mengutip hadist
membuat pembaca jenuh, tapi tidak dengan buku ini. Meski banyak nasihat, namun
saya tidak merasa sedang digurui.
Emosi saya cukup
terbangun. Meski di awal sempat terganggu dengan beberapa diksi yang nggak
begitu berkepentingan dengan jalan cerita. Tapi, bisa jadi itulah khas
penulisnya. Ada juga beberapa typo. Saya mengabaikan bagian itu, karena intinya
masih bisa menikmati penuturan penulisanya. Cerita mulai terasa ritmenya saat Rahma meninggal. Saya rela deh menggantikan Rahma buat Ustadz Zalfa ...
Karakter dan tokoh :
1. Syahid
: pemuda dengan kekurangan fisik, namun tidak membuatnya minder untuk ikhtiar.
Suka dengan karakternya, meski begitu ia tetap terlihat manusiawi ketika di bab
akhir, ia sempat kehilangan rasa percaya diri dan marah dengan keadaannya.
2. Khumaira
: Wanita yang shalehah, sungguh luar biasa cinta dan pengabdiannya. Hanya saja,
bagi saya dia terlalu sempurna dengan kesabaran yang dimiliki. Subhanallah, saya harus banyak bercermin
diri.
Bagi
saya, buku ini merupakan
bahan perenungan untuk siapa pun yang mau berumah tangga atau
telah berumah tangga. Karena penulisnya adalah seorang penghulu, jelaslah
beliau memiliki banyak pengalaman seputar rumah tangga. Saya sangat rekomend banget untuk siapa pun,
terutama bagi kalian yang mulai memutuskan untuk benar-benar mencari sosok imam
dan makmum yang kaffah.
Beberapa quote
manis :
1.
Kebaikan adalah cahaya, ketika ia tiada maka
mereduplah lentera cinta di hati manusia.
2.
Pertemuan itu amat kurindukan. Wahai, tulang
rusukku, kapan engkau akan kutemukan?
3.
Sesungguhnya cinta bukanlah tatapan satu sama
lain, akan tetapi cinta itu memandang ke arah cahaya yang sama. Dan cahaya itu
adalah surga-Nya.
4.
Atas nama cinta jika nanti engkau tidak
menemukan aku di surga-Nya, maka mintakan aku ampuan pada Allah, agar cahaya
cinta kita kembali dipertemukan di surga-Nya.
5.
Tanyakan pada dirimu, tanya siapakah yang
terus mencintaimu dengan cinta yang tak pernah redup? Tanya, renungkan dan
rasakan, apakah cahaya cinta-Nya masih senantiasa berpijar di hatimu?
Akhirnya,
kebenaran hanya milik Allah dengan segala daya dan upaya, moga hidayah selalu
tercurah kepada kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar