Judul : Sheila (Luka Hati Seorang
Gadis Kecil)
Penulis : Torey Hayden
Penerbit : Qanita
Tebal : 476 halaman
ISBN : 979-3269-06-5
Kesan pertama melihat buku ini
sebenarnya biasa saja, dengan warna cover lembut dan foto seorang gadis kecil di
depannya, apalagi dengan tebal mencapai 500 halaman jelas tidak menjadi minat
saya. Tapi akhirnya yang membuat tertarik adalah blurb di bagian cover
belakang, entah kenapa akhir-akhir ini saya jadi tampak antusias dengan dunia
psikologi.
Sudah ada delapan murid berusia tak lebih dari sepuluh tahun di kelas
itu. Seorang anak pernah dua kali mencoba bunuh diri, seorang anak buta,
seorang lagi agresif, dua orang anak menderita autisme, seorang skizofrenia,
seorang pernah mengalami penganiayaan fisik dan seksual, sedangkan yang
terakhir menderita beraagamfobia.
Bila Anda harus mengajar di kelas itu, bersediakah Anda seperti Torey
Hayden menerima seorang murid lagi, seorang gadis berusia 6 tahun yang baru
saja membakar anak lelaki berusia 3 tahun sampai nyaris mati? Gadis itu ber-IQ
di atas 180, namun menderita problem emosional parah. Dia tak pernah menangis,
baik di kala sedih, marah, maupun kesakitan. Dia juga agresif dan selalu
membangkang. Mungkin karena sang ibu meninggalkannya di jalanan saat berusia 4
tahun. Mungkin karena ayahnya pemabuk dan tak mampu memberi pengasuhan yang
layak. Mungkin karena dia memang tak tahu bagaimana membuat orang lain
mencintainya.
Cukup sampai situ blurb yang saya baca mengundang banyak
tanya, dan apa yang terjadi pada anak seusia itu? Membaca buku ini membuat saya
merasa beruntung dalam hidup yang kadang terlupakan begitu saja. Saya bersyukur
dilahirkan di keluarga ini meskipun tidak kaya tapi cukup memasok kebutuhan
secara lahiriah dan batiniah, meskipun kadang merasa tidak seberuntung
teman-teman yang lain.
Torey Hayden seorang psikolog dan
guru yang luar biasa telah mengisahkan perjuangannya dalam mendidik anak-anak
yang berkebutuhan khusus. Kesabaran dan kasih sayang yang mendalam terhadap
anak-anak itu kadang membuatnya terlibat terlalu jauh. Perjuangannya
‘menjinakkan’ Sheila merupakan hal terberat yang saya tidak mungkin bisa
melakukannya. Tapi jauh dari itu adalah pengalaman masa kecil Sheila yang buruk
dan kehidupan yang tidak berpihak padanya lagi-lagi membuat saya terenyuh
semakin dalam akan sosok Sheila. Tidak bisa dipungkiri rasa bangga, haru dan
salut terhadap keberanian dan kekuatan Sheila di umurnya yang bahkan belum
menginjak tujuh tahun tampak begitu dewasa.
Mulai dari ditinggalkan ibunya,
tinggal bersama ayahnya yang pemabuk dan seringkali berbicara kasar dan
melakukan tindakan fisik untuk menghukumnya, tinggal di tempat kumuh dan jauh
dari kehidupan layak membuat ia besar dalam lingkungan yang kurang baik. Lebih
parah lagi masa-masa di mana Sheila telah berhasil mengendalikan diri, ternyata
ujian belum juga selesai untuknya ketika pamannya yang baru keluar dari penjara
secara paksa telah melakukan tindakan asusila padanya.
Arrgghhh ... saya tidak berhenti
geleng-geleng kepala dan bertanya kok bisa? Bagaimana anak sekecil ini bisa
tangguh menghadapi kehidupan yang sangat ganas?
Kesan setelah membaca buku ini
meskipun di luar ekspektasi, tentang penyebab anak-anak yang memiliki perilaku
menyimpang dan cara menanggulangi kurang detail. Namun, saya tetap menyukai
caranya menuturkan setiap pengalaman yang kadang ia harus menentang teori dan
mengikuti kata hatinya. Sejujurnya ada sedikit kehilangan feel ya, mungkin karena ini terjemahan jadi sayang, tidak bisa
membaca versi aslinya yang mampu mengaduk-aduk perasaan terdalam saya. Namun,
di bab-bab akhir saya cukup menikmati dan mampu mempermainkan perasaan saya
hingga meneteskan air mata. Good job,
Torey! I’m proud of you.
Oh, Sheila di manapun kamu berada
... saya yakin kamu bisa menjalani hidup dan masa depan dengan penuh
kebahagiaan bahkan air mata itu adalah saksi setiap luka berubah menjadi tawa.
Torey Hayden ... dengan segala
hormat rasanya aku ingin berbicara denganmu sedekat kamu berbicara dengan
Sheila.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar