Kepada Jejak yang Tertinggal
cahaya langit berpendar kesumba
menapaki bukit berpayung senja
lelah langkah telusuri jalan berduri
sibak ilalang menahan nyeri
engkau buraikan harap serupa fajar menyingsing
rekah semi cinta membubung langit
namun, masa tunjukkan topeng, menyingkap paras asing
pupuskan mimpi, teteskan segala pahit
samar bayang menghilang,
-tiada namun takpergi-
mewujud kesedihan pada jalinan kenang
dalam keheningan ...
asa tak memiliki batas penantian
jejak langkah atas namamu masih tertinggal
terpahat lekat dalam pilu
ah, andai engkau tahu!
cinta tak terkikis waktu
hingga jiwa meregang ajal ...
Cianjur, 27 januari 2015
Awal memasuki dunia
tulis menulis, saya banyak belajar di cerpen—karena novel cukup rumit ternyata.
Tapi anehnya karya pertama yang dibukukan malah kebanyakan puisi, entah dari
mana datangnya bakat tersebut. Mengingat tidak ada satu pun dari keluarga yang
jadi penulis.
Di beberapa buku
antologi seperti Inspirasi Januari dan Februari yang diterbitkan oleh Pena
House merupakan hasil dari event mingguan yang diabadikan untuk menambah
semangat para penulis untuk tetap berkarya. Di dalamnya berisi galeri fantasi,
cerita fiksi yang dirangkai semanis dan seapik mungkin. Ada galeri reality,
menceritakan kisah nyata baik dari penulis atau kisah nyata orang lain yang
kemudian ditulis ulang. Ada galeri motivasi, setiap kata merupakan motivasi
agar kita selalu positif dalam menyikapi hidup. Dan galeri diksi, kumpulan
puisi.
Meskipun jika diperhatikan,
buku sejenis puisi jarang diminati pasar kecuali pemuisi yang sudah punya nama
seperti Chairil Anwar, Taufik Ismail, Sapardi Djoko Damono, Agus R. Sarjono,
atau karya Khalil Gibran yang fenomena. Tapi bagi pecinta literasi bukan soal
itu, melainkan kepuasan batin yang tercukupi. Berharap masa dunia sastra akan
berjaya kembali seiring berkembangnya pola pikir masyarakat yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar