Oleh : Nanae Zha
Saya sebenarnya biasa saja, malah
menjadi seseorang yang cenderung minder. Bahkan saya sempat menghabiskan waktu
hanya untuk mengutuki dan mengasihani diri sendiri. Hingga akhirnya, merasa
tidak memiliki siapapun yang mencintai dan menerima apa adanya. Semakin yakin
ketika sugesti itu jelas terlihat
pada sikap keluarga dan teman-teman yang dirasa menjauh. Sejak zaman sekolah,
tidak jarang saya menjadi bahan bully-an
teman-teman. Itulah yang saya rasakan. Menjadi orang yang tertutup dan sangat
pemalu.
Suatu hari wali kelas saya
berbicara di depan. Saat itu pelajaran Bahasa Indonesia. Ibu Siti Fauziah
(almh) meminta setiap murid untuk bercerita apapun, mulai dari pidato, nyanyi,
cerita lucu, pokoknya dalam satu minggu pasti ada murid bergantian kena
tugasnya. Sampai suatu hari anak-anak di kelas ngeluh, termasuk saya yang tidak
suka tampil depan umum.
Parasnya berubah merah, entah
menahan kecewa atau marah, masih kuingat jelas ekspresinya hari itu.
“Apa
yang membuat kalian malu? Padahal kalian adalah anak-anak hebat yang sempurna.
Ibu ingin kalian punya keterampilan berbicara depan umum, agar suatu saat jika
telah keluar dari dunia pendidikan, kalian dengan mudah bersosialisi dengan
siapapun. Dunia kerja yang kalian jalani akan sangat keras. Hanya orang yang
mampu berkomunikasi dengan baik yang akan diterima.”
Sampai di sana ucapannya
terhenti, pertama kalinya saya melihat beliau menitikkan air mata. Ada rasa
menyesal pada diri kami, meski alasan itu belum mampu kami terima. Hingga
akhirnya dengan terbata-bata ia bicara,
“Ibu
melakukan ini, agar kalian #berani lebih percaya menjadi diri sendiri. Kenapa
ibu harus peduli? Karena ibu sayang dan menganggap kalian selayaknya
putra-putri ibu sendiri. Asal kalian tahu, putra ibu yang pertama ingin sekali
bercerita banyak hal tentang teman, saudara bahkan gebetan. Ingin mengeluarkan
segala isi hatinya, unek-unek, berteriak dan bernyanyi dengan merdu, tapi ia hanya
bisa diam. Ia terlahir dengan kekurangan, tidak bisa bicara dengan normal. Lalu
kalian yang sempurna mengapa mesti malu?”
Cukup sudah saat itu Ibu Fauziah
bercerita, membuat saya sadar akan kemampuan yang dimiliki setiap orang. Sejak
itu saya mulai berubah menjadi #BeraniLebih percaya diri tampil di depan #BeraniLebih
menjadi diri sendiri meski orang lain berkata apa. Setiap orang punya
kekurangan dan kelebihan, dan kita akan dihargai tergantung bagaimana kita menilai
diri sendiri.
Terbukti semua ucapan ibu Fauziah.
Kini saya sudah bekerja, dunia kerja memang lebih keras dari sekolah. Mental
yang dulu pernah digodok hasilnya terasa. Komunikasi yang baik akan membuat
kita dipercayai banyak teman bahkan atasan. Kini, saya diberi kesempatan untuk mengkoordinir
rekan-rekan kerja, tak mudah bekerja sama dengan banyak kepala. Namun,
kecakapan komunikasi memudahkan untuk menyelesaikan masalah. Tak terbayang
sebelumnya akan menjadi apa saya dengan sikap minder yang dulu.
#BeraniLebih percaya pada kemampuan karena setiap orang terlahir dengan kelebihan.
Ini kisahku, semoga menginspirasi
sahabat yang lain. :)
Facebook : Nanae Zha
Twitter :@nanae_zha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar