Oleh : Nanae Zha
“Woy! Dea lihat apaan sih? Sampe nggak berkedip gitu?” Arya
menoyor kepala gue.
“Apaan sih? Sirik aja lo!” teriak gue di telingannya, tanpa
sedikit pun berpaling dari pemandangan indah di depan gue.
Bagaimana hidup nggak dibilang indah? Kalau saja gue tahu
dari dulu ada makhluk sempurna di kampus ini, pasti gue udah melangkah seribu
kali lebih cepat dari yang lain. Parahnya beberapa bulan terakhir ini gue malah
habiskan waktu sama si kutu kupret
ini, siapa lagi kalau bukan Arya.
Walau bagaimana pun Arya is
the best friend ever ever that I have. Meski kadang gini nih, gue sering
banget dibuat kesel sama yang satu ini. Nggak bisa sedikit saja, memberi kebahagiaan menatap cowok yang cakepnya luar biasa.
“Hempth ... masih cakepan gue keleeuus.”
“Nenek-nenek satu
abad pun masih bisa ngebedain mana cowok cakep mana tiruan. Nah, elo sama dia
udah bagaikan langit dan bumi!”
Let see! Guys ... Gue
pikir dia pasti jelmaan Lee Min Ho. Kalian tahu kan? Ah, sudahlah gue selalu
berharap memiliki pasangan seperti dia. Matanya, bibirnya, ah ... cukup! Ini sudah
di luar batas nalarku.
“Itu masalahnya sampai saat ini lo nggak punya pasangan!
Karena yang elo cari cuma cowok cakep bukan cowok yang punya hati!”
Deg! Gue tertegun, sesaat menatap cowok yang berdiri di
hadapan gue. Arya kata-katanya kali ini begitu menyengat dan menyesakkan
dadaku. Aku sedih, kecewa, sepicik itukah tanggapan orang lain tentangku?
Sekali lagi, kulihat jauh ke dalam mata Arya, ada desir yang
sulit diartikan. Arya memang nggak cakep, tapi baik dan selama ini hanya dia
yang peduli padaku. Akhirnya, aku sadari tak ada yang sempurna mencari pasangan
selain dari hati.
“Arya, maaf ....”
“Kamu memang tidak pernah peka!” ucapnya sembari menoyor kepalaku lagi.
***
CIANJUR, 01 April 2015
· Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti
program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di
Facebook dan Twitter @nulisbuku
·
Tidak ada komentar:
Posting Komentar