#nanaezha_stories
By : Nanae
Zha
Sepanjang
jalan itu ia berlari, tak peduli peluh membasahi tubuh. Langkah kaki kecilnya
terantuk hingga tubuh tersungkur. Dilihat darah yang mengucur dari lutut, ia
meringis namun menahan tangis.
“Ma ....” Ia
mengatupkan tangan ke mulutnya.
Jangan mengeluh, batinnya mengingatkan.
Jangan mengeluh, batinnya mengingatkan.
Sebuket bunga
liar berbeda warna yang tadi terjatuh segera diraih. Sedikit kotor memang,
terlihat berantakan dengan tanah pada akar serabut di ujung. Terlihat batang
bergetah yang ditebas paksa oleh tangan kecilnya.
“Ini kado buat Mama,” gumamnya sembari bangkit dan melupakan rasa nyeri di lutut.
“Ini kado buat Mama,” gumamnya sembari bangkit dan melupakan rasa nyeri di lutut.
“Mama!” Dia
berteriak tak sabar ingin segera menghampiri pelukan mamanya. Dengan wajah
berseri menyodorkan sebuket bunga liar yang dicabut sepanjang jalan.
“Selamat
ulang tahun, Ma. Maaf ... tadi Dede jatuh, celananya jadi kotor.” Ia
menundukkan kepala, ada rasa takut menyelinap. Dengan mengumpulkan segenap
kekuatan akhirnya berhasil mengangkat kepala.
“Tapi Dede
nggak nangis, kok. Seperti kata Mama, nggak boleh cengeng. Dede janji
nggak akan nangis, tapi ... Mama cepat
pulang, ya,” ucapnya lirih, lantas menatap bunga yang ia sematkan di atas
pusara.
***
***
Coretan lama
di Cianjur, 14 Januari 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar