Gaeesss, sebenarnya ini catatan lama di akhir tahun 2015 yang tersimpan di laptop dan baru dibuka lagi ha-ha. Lupa kalau saya pernah punya pengalaman ini. Beberapa catatan memang ditulis lalu dilupakan, tapi akan ada suatu masa ketika menemukan tulisan lama, kita akan tersenyum sambil mengingat-ingat kekonyolan yang pernah terjadi. Saya pernah share tulisan ini dalam rangka memenuhi challange #bigwritingcamp di grup FB KBM (Komunitas Bisa Menulis) yang digawangi Pak Isa dan Bunda Asma Nadia. Let's check this out!
Di Oktober 2015, KBM Bandung mengadakan acara Big Writing Camp. Berawal dari nekat, seumur-umur belum pernah mengikuti writing camp. Ini adalah pengalaman pertama meskipun bukan pertama mengikuti workshop, tapi camping? Sedikit khawatir mengingat belum pernah kopdar, apalagi di KBM termasuk newbie belum mengenal banyak orang. Tepatnya, orang-orang tidak mengenal saya meskipun sudah gabung sekitar satu tahun, maklum silent reader. :D
Di Oktober 2015, KBM Bandung mengadakan acara Big Writing Camp. Berawal dari nekat, seumur-umur belum pernah mengikuti writing camp. Ini adalah pengalaman pertama meskipun bukan pertama mengikuti workshop, tapi camping? Sedikit khawatir mengingat belum pernah kopdar, apalagi di KBM termasuk newbie belum mengenal banyak orang. Tepatnya, orang-orang tidak mengenal saya meskipun sudah gabung sekitar satu tahun, maklum silent reader. :D
Alasan mengikuti BWC adalah :
1. Sejujurnya saya kurang piknik #halah
2. Kangen suasana workshop, apalagi camping.
Bayangan aku sih tadinya bakalan ada renungan malam terus nyanyi deh lagu
wajib, yang lupa judulnya apa ... pokoknya liriknya ada kalimat ini, “Baru gelap
dunia beginilah rasanya ....”
3. Kopdar teman-teman KBM membuat antusias,
hampir setahun gabung cuma mengenal di dunia maya. Silaturahmi adalah cara
alami untuk memperpanjang umur katanya, insyaallah. Apalagi yang datang ternyata dari berbagai
kota: Aceh, Makasar, Sidoarjo, Depok, Tangerang, Bogor, dll.
Perjalanan Cianjur-Bandung pagi itu mulus tanpa hambatan,
sampai terminal Lw. Panjang sekitar pukul 08.30 tidak jauh dari prediksi. Masih
dengan tampang bego celingak-celinguk kayak orang bingung, beberapa calo malah
menawari ke tempat lain sambil menarik-narik tas. Wuuttsss ... situ calo atau jambret? Aku ‘kan unyu, gimana kalau ada yang nyulik?
Untungnya panitia sigap menelepon dan menunjukkan lokasi. Oya, saya cukup berterima kasih kepada bapak tukang becak telah menunjukkan jalan yang benar. Pelajaran pertama, tidak semua orang asing bahaya, Vroh 😁 Jejeran toko oleh-oleh khas Bandung hampir saja mengubah arah perjalanan, untung kuat iman dan tipis dompet 😂
Hal pertama yang dilakukan adalah mencari sekumpulan orang-orang
dengan tas besar atau ransel. Dan tadda
... lagi jalan gitu, saya menemukan dua sosok dengan tas segede gaban,
tanpa pikir panjang mengikuti langkah mereka. Bodoh, ya? Gimana coba kalau
tersesat? Tapi itulah intuisi, naluri seorang penulis yang bisa membaca
karakter dan bahasa tubuh seseorang #ceilehahay
Yups! Si pemilik ransel segede gaban itu mendekati
beberapa orang membawa kertas dan daftar hadir peserta. Tuh, kan bener,
gumamku. Itulah kali pertama bertemu dengan Teteh Hafidah Bintang Kecil, satu-satunya
panitia yang namanya tidak asing :D Terus si cantik Chabella yang super riweuh bin centil, tapi selalu menebar
senyum. Teh Ayu, terima kasih senyummu menyejukkan perjalanan akibat jetlag
#eh? Anggaplah naik pesawat :D
Lima belas menit sedikit melar dari jadwal karena
beberapa peserta belum datang. Teh Asih, orang pertama yang ngajak kenalan,
bertukar cerita seputar dunia menulis. Dua cowok kece di belakang Kang Hamdy Vn
dan Nurbagus, tidak kalah seru obrolannya. Jadi malu, aku mah apa atuh? Cuma
sekadar penulis status facebook. Tiba-tiba perempuan ransel gaban pengin difoto sambil gelantungan di pintu mobil. Akhirnya tahulah namanya Teh Linda. Kehkehkeh
...
Berangkatlah mini bus yang kami tumpangi. Busyeettt
... ternyata dari terminal hampir 3 jam, berarti duduk di mobil 6 jam dari
Cianjur hayduuhhh ... biasanya saya tipe orang yang nggak bisa diajak jalan
jauh naik bus, kudu
siap-siap keresek, tapi niat memang menguatkan langkah, ya. Cuma ngakalin banyak tidur :P Memasuki
daerah Pangalengan sudah terasa hawa pegunungan, pedesaan, hamparan sawah yang
alhamdulillah masih membentang. Mobil semakin naik, rumah-rumah semakin
berkurang di kiri-kanan banyak tanaman sayuran. Jadi ingat Cipanas-Cibodas, sayuran dan
bunga menjadi pemandangan paling menyejukkan, apalagi hawa dingin menyelingkupi.
Bukan maksud membandingkan sih, (sedikit promo) kalau soal udara dingin
kayaknya Cibodas tetep nyess ... mau
siang apalagi malam. Kalau Gn. Puntang siang hot, malem cold.
Jajaran pohon pinus menjulang, setelah salat zuhur dan
makan siang acara dimulai dengan presentasi buku. Ini nih, salah satu yang
bikin menarik. Bagi anggota KBM yang telah memiliki buku, baik solo maupun
antologi diperbolehkan untuk mempresentasikan bukunya masing-masing. Sayang,
saat itu saya nggak bawa buku apa pun.
“Memangnya, kamu dah punya buku, Nae?”
#Plak!
To be continued ... jangan lewatkan setiap bagian ceritanya
karena ada ilmu dari Pak Isa yang belum saya share :P
Tidak ada komentar:
Posting Komentar