Judul : The Fault in Our Stars
Penulis : John Green
Penerbit : Qanita
Hal : 424 halaman
ISBN 978-602-1637-39-5
Harga : Rp. 49.000
Banyak yang
bilang buku ini bagus, ehmm ... ternyata nggak sehebat dugaan saya. Ekspektasi
saya mengharapkan lebih sebenarnya, entah karena saya baca terjemahannya
mungkin hal itu mengurangi sense yang
ada dalam novel aslinya.
Hazel Grace
Lancaster, gadis berusia enam belas tahun mengidap penyakit kanker tiroid
dengan metastasis di paru-paru. Ia putus asa, bisa dibayangkan ketika kita
divonis mengidap penyakit kanker, apakah harapan hidup panjang itu masih akan
kita miliki? Begitu pun Hazel meski keajaiban medis mampu membuat ia bertahan
lama dan bisa mengecilkan tumornya, tetap saja sebagai seorang pesakitan merasa
hidup panjang pun tidak ada gunanya.
Namun, semua
itu berubah saat ia bertemu dengan seorang pemuda di Grup Pendukung Anak-anak
Penderita Kanker, dialah Augustus Waters yang memberinya harapan baru dan
kekuatan baru untuk mewujudkan sebuah mimpi.
Hazel terlalu
berambisius dengan sebuah buku karya Peter van Houten, Kemalangan Luar Biasa, buku yang menurutnya sama berharganya
dengan Alkitab.
“Akan tiba saatnya, ketika kita semua
mati. Akan tiba saatnya ketika tidak ada lagi umat manusia yang tersisa untuk
mengingat bahwa manusia pernah ada atau spesies kita pernah melakukan sesuatu.
Tidak akan ada siapapun yang tersisa untuk mengingat Aristoteles atau
Cleopatra, apalagi mengingatmu. Semua yang kita lakukan, dirikan, tuliskan,
pikirkan dan temukan akan terlupakan, dan semua ini tidak akan ada artinya.
Mungkin saat itu akan segera tiba, mungkin juga masih jutaan tahun lagi, tapi
seandainya pun kita bertahan hidup dari kebinasaan matahari, kita tidak akan
bertahan hidup selamanya. Ada masa sebelum organisme mengalami kesadaran, dan
akan ada masa setelahnya. Jika kau khawatir dilupakan untuk selamanya oleh
manusia, aku mendorongmu untuk mengabaikannya saja. Tuhan tahu, itulah yang
dilakukan semua orang lainnya.” (hal 22-23)
Gus pun
akhirnya tertarik dengan buku ini, mereka berdua saling berbagi, namun satu
yang disayangkan dari buku Kemalangan Luar Biasa, menyisakan pertanyaan yang
ingin mereka tahu kelanjutan ceritanya.
Akhirnya, Gus
mewujudkan keinginannya untuk mempertemukan Hazel dengan penulisnya Peter van
Houten, mereka harus terbang ke Amsterdam. Perjalanan yang luar biasa. Namun,
setibanya di sana Peter bukanlah orang tepat untuk dikagumi, ia adalah pecandu
alkohol yang kehilangan kepercayaan diri juga kepercayaan pada orang lain.
Hazel kecewa karena perjalanannya sejauh ini tidak menghasilkan apapun dan
tidak sesuai harapannya.
“Kepedihan menuntut untuk dirasakan.” (hal.89)
Hari baik
terahir tiba, saat di mana Gus tidak bisa bertahan, ia harus pergi dan
meninggalkan Hazel dengan ketakterhinggaan kenangan kecil mereka. Meskipun,
sejujurnya ini kisah romantis yang tragis, namun saya tidak merasakan
ketragisan dan kesedihan saat Gus meninggal. Dan saya merasa Hazel terlalu kuat
bahkan tidak menitikkan airmata saat acara pemakaman Gus, itu rasanya tidak
normal ketika kita kehilangan orang yang kita cintai. Saya cukup salut dengan
imaji John Green tentang obat Phalanxifor yang membuat saya berpikir bahwa itu
memang sejenis obat yang benar-benar ada.
Buku ini,
bercerita tentang harapan dan semangat untuk menjalani hidup. Bukan untuk
mengutuki rasa takut karena suatu saat kita semua pasti mati. Meski entah siapa
yang akan mengingat kita, atau mungkin tak satu pun dari mereka yang mengingat
kita. Namun, hidup memanglah seperti itu, ada, lalu pergi dan dilupakan. Hanya
bagaimana hidup yang kita miliki bisa kita nikmati. Biarlah bintang-bintang itu
tetap bercahaya, meski kesalahan terdapat pada bintang-bintang yang menyertai
takdir kita, namun hidup bukanlah tentang salah dan benar, tapi juga tentang
cinta. Ada banyak orang yang mencintai kita dengan cara yang berbeda, maka
kewajiban kita menghormati cinta yang mereka berikan dengan setiap senyuman.
Over all, I like with this book, berharap baca versi aslinya bukan terjemahan.
Entah rasanya akan sama atau lebih kentara pesannya. Tapi, ah ... pasti
membutuhkan waktu yang lama untuk membaca buku dalam bahasa Inggris hahaha ...