Keringat rakyat kecil apa artinya jika dituang dalam gelas-gelas para pejabat? Tidak cocok, seharusnya madu, atau mungkin wine? Keringat kami berasa masam, kecut akan merusak lambung. Bukan lambung! Tapi, rekening bank tidak akan penuh oleh kucuran dana yang dialih fungsikan untuk pribadi. Belum fasilitas yang selalu dianggap tidak memadai. Ah, apalagi kami tak diberi fasilitas apa-apa! Hanya jalan umum rusak, fasilitas kesehatan dan birokrasi pemerintahan daerah amburadul.
Tuan, sudah mulai investasi kah? untuk kelangsungan hidup
karena menjadi pejabat takkan selamanya. Pengusaha menjadi teman, hingga wajar
kawan! Saat kalian berorasi, ia takkan mendengarmu, berpihak pada pengusaha
yang akan mengucurkan dana untuk kampanye di tahun berikutnya.
Cukup senyum miris,
karena marah tak bisa, mengutuk pun takada arti, lalu terbuat dari apa hati
Tuan? Rakyat kecil, semakin kecil kala pejabat melangit. Menaiki tangga, ribuan
rakyat terinjak, kami di bawah, tapi Tuan lupa bagaimana bisa naik tanpa tangga
yang terbuat dari tulang-tulang kering, tubuh rapuh, yang menggantung harap
pada orang salah!
Kini, setelah di atas
tahta, kursi panas, martabat membutakan hati nurani. Tuan lebih peduli pada
pengusaha. O, mungkin uang mereka lebih Tuan butuhkan, karena suara kami hanya
dibutuhkan saat kampanye saja, setelahnya? Tutup saja telingamu, dari sumpah
serapah, dari tuntutan yang pernah engkau janjikan.
Suara kami parau, erat
tercekik dengan BBM, sembako, transportasi membubung. Buruh-buruh menuntut
kenaikan gaji. Tapi, suara mereka tak pernah Tuan dengar. Seolah, tak punya
mata, telinga dan hati. Rakyat yang seharusnya kau rangkul, kini kau tinggalkan
bahkan kau abaikan, lupakah Tuan, siapa yang mengangkatmu dahulu?
Buruh-buruh kecil hanya
meminta kenaikan gaji yang sesuai, bukan meminta fasilitas milik Anda. Tuan
benar-benar amnesia?! bahwa setiap fasilitas yang Tuan gunakan berasal dari
uang rakyat. Menjaga kepercayaan lebih sulit daripada mendapat kepercayaan.
Teman-temanku
kepanasan, kehujanan, dipotong gaji, di cap atasan, ancaman dikeluarkan dari
perusahaan. Masih belum pedulikah?
Ah, taman kantormu
rusak akibat demonstran!
Pasti Tuan khawatir dan
meminta kucuran dana untuk perbaikan taman.
Lalu, kenapa jalan umum
yang rusak dan bolong-bolong tidak Tuan perbaiki? Tidak khawatirkah akan
menimbulkan kecelakaan? Sarana kami tidak memadai!
Cerita pada wakil
rakyat apa gunanya? Toh nggak
didengar! Lebih baik cerita sama Allah karena Dia akan membalas semua perbuatan
sekecil apapun.
Azab saja Tuhan para
penguasa yang lupa diri!
(O, tenang ini bukan
kutukan karena kutukku tak bermakna)
Doa?
(Husshh ... kita nggak
boleh berdoa yang buruk untuk orang lain)
Itu hanya sebuah kekecewaan
yang tak memiliki kata tepat untuk rasa kecewa.
Berharap Allah membuka
mata hatimu, menyadarkan dari setiap langkah yang salah. Jangan lupa, akan ada
waktu di mana berhenti dan berakhir, ketika Tuan sadari mungkin semua sudah
terlambat.
#Celoteh yang takkan
dianggap ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar