“Pergilah Gio! Kumohon ...,” lirih Rea, perlahan
kristal bening merembes dari mata yang terpejam.
“Jam 12, kamu harus
sabar ... ini yang terakhir,” ucap kucing setia
yang tak berhenti menemani meski nyawa taruhannya.
“Pergi! Jika tidak aku
akan menyakitimu!”
“Sakiti aku sepuas kamu
mau, Rea!” teriak Gio.
Teng ... teng ....
Gadis itu beringsut
dari tepi jendela, menahan sakit di sekujur tubuh. Ia meraung, jeritan malam
yang memekakkan telinga. Setiap malam bulan purnama, Rea berubah menjadi
serigala dan ia butuh darah.
“Aaauuummm ....”
Purnama terakhir, hanya
darah Gio yang bisa menggenapi kutukan ini maka Rea akan menjadi manusia
seutuhnya. Serigala pun menyerang, mencabik dalam, setiap cakaran menggurat
senyum di wajah Gio, sungguh ia bahagia.
Detik terakhir sebelum
meregang, Gio berubah wujud menjadi manusia.
“Selamat atas
kelahiranmu Rea, kini kamu bebas,” ucapnya lirih.
“Giiioooo!!! Maafkan
aku, aku tak ingin hidup jika harus kehilanganmu!”
Rea menangis, lagi-lagi
ia harus kehilangan orang yang dicintai karena kutukan ini.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar