Ini adalah kisah pertemuan pertamaku
dengannya
Dia, lelaki yang dalam kesederhanaan,
tetapi mampu meneduhkan di setiap kata dan tatapnya. Lelaki yang tak banyak
bicara, memiliki senyum yang menenangkan, bahkan hanya melihat punggungnya dari
kejauhan memberi efek hangat yang menjalar di hati.
Dia, lelaki yang santun. Tahu bagaimana
cara menghormati dan menghargai wanita. Saat bicara dengannya, ada rasa nyaman
sekaligus sebuah rasa yang sulit dijabarkan. Ya, aku yang tak pernah bisa
menatap kedua matanya untuk jangka waktu lama. Hanya sepersekian detik, lantas
kutundukkan kepala meski ia masih terus bercerita. Bukan karena tidak sopan
atau jenuh berbicara dengannya, hanya saja aku harus berusaha untuk mengendalikan
hati, pikiran, dan jantungku yang detaknya semakin tak karuan. Kalian pernah
bertemu pria seperti itu, lelaki yang membuatmu tertunduk malu?
Terkadang aku bisa jatuh cinta dengan
seseorang hanya karena membaca tulisannya yang membuatku jatuh dalam pesona.
Dia, pernah menuliskan sebait rasa yang masih terus menjadi rahasia, apa makna
dari deretan aksara yang dia tulis? Aku bahkan tidak pernah berani
menanyakannya, biarkan menjadi rahasia hati antara dia dan Tuhan. Apa aku tidak
peka? Bukan. Karena aku merasa cukup dikagumi dengan caranya, aku pun mengagumi
dia dengan caraku. Sebait rasa itu, masih tertinggal di hati terdalam, yang
mungkin besok atau lusa jika aku bertemu dengannya akan ada cerita tentang
sebait rasa yang tertimbun asa.
Dia, sungguh lelaki yang belum pernah
kutemui. Aku bertemu dengannya dalam khayal, dalam mimpi, dan dalam doa. Mungkinkah
kamu pemilik sebait rasa itu? Tolong temui aku dalam nyata, dan katakan tentang
asa yang pernah kau lantunkan di langit dedoa, tentang aku, kamu, dan kita yang
belum pernah bersua.
~o~
Ini challenge
yang sedikit membuatku terpaku menatap layar, entah apa yang akan kutulis
tentang pertemuan pertama dengan dia.
Dia yang bahkan aku tak pernah tahu siapa, dia yang masih menjadi rahasia, dia
yang ratusan kali berpikir tentang kemungkinan dia, dia, dan dia yang lain,
tetapi tak mendapatkan jawaban dari sosok dia yang diharapkan. (abaikan tentang
pengulangan :D)
Ada banyak orang yang pernah kita temui,
sebagian menjadi pelengkap, ada juga yang sekadar numpang lewat. Selalu ada
makna dari setiap pertemuan yang tak sedikit berujung perpisahan. Mungkin aku
pernah bertemu dia, sayangnya aku melupakan momen terbaik dengannya, bukan
berarti menyisakan hal buruk. Terkadang ingatan kita lebih baik untuk merekam
hal-hal yang indah saja. Oh, sepertinya aku melupakan kalau pernah punya
mantan. Mungkin memang mantan itu tak pernah ada.
Baiklah, aku juga bukan tipe yang ingin
terjebak dengan masa lalu. Sebaiknya, kita menata diri untuk masa depan saja.
Kalian, masih akankah mengingat pertemuan
pertama dengan dia? Atau mempersiapkan diri bertemu dengan dia yang akan membahagiakan di masa depan? Semua itu hanyalah
pilihan. Kuy,ceritakan mana pilihan versi
kalian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar