Judul Buku : SUPERNOVA
Episode AKAR
Penulis : Dewi Lestari
“DEE”
Penerbit : Bentang
Pustaka
Engkaulah
gulita yang memupuskan segala batasan dan alasan
Engkaulah
penunjuk jalan menuju palung kekosongan dalam samudera terkelam
Engkaulah
sayap tanpa tepi yang membentang menuju tempat tak bernama namun terasa ada
Ajarkan
aku,
Melebur
dalam gelap tanpa harus lenyap
Merengkuh
rasa takut tanpa perlu surut
Bangun
dari ilusi namun tak memilih pergi
Tunggu
aku,
Yang
hanya selangkah dari bibir jurangmu.
Dengan di re-publishnya buku ini yang merupakan sequel dari Supernova :
Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh membuat saya akhirnya merasa berhutang untuk
menuliskan kembali review-annya,
meskipun telah banyak resensi tentang buku ini. Dan jangan sebut ini review, anggap saja ini hanya celotehan
dari pembaca awam.
Saya cukup antusias
dengan republishnya, meskipun sejujurnya saya lebih menyukai cover AKAR yang lama terbitan Trudee
Books, kereeen binggo! klo kata anak-anak zaman sekarang. Soalnya saya bisa menempel foto di sana :)
Sebenarnya, ketika saya
baca dan akhirnya bisa menuntaskan buku ini (dalam satu hari dimulai dari awal)
setelah dibiarkan beberapa bulan, saya merasa sedikit kecewa karena mengingat
ini sequel saya mengharapkan adanya jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tentang
misteri yang belum terkuak di KPBJ. Namun, kenyataannya sampai akhir kalimat
pertanyaan saya masih belum terjawab malah saya dihadapkan pada
pertanyaan-pertanyaan baru. Karena saya membaca dari buku versi lamanya, dan
saya membaca sedikit cuap-cuap penulis tentang empat tokoh yang akan disuguhkan
yaitu : Bodhi, Elektra, Zarah dan Alfa. Namun, yang dihadirkan di sini baru
tentang setengah perjalanan Bodhi yang akhirnya pun entah akan seperti apa?
Mari kita buka keping per keping.
Keping
34 :
Bercerita tentang Gio,
sebuah misteri tentang keberadaan Diva. Sebuah kabut yang tak tergenggam.
Seorang pria dengan
montera merah menyala ia berkata, “akan ada yang membantumu. Orang-orang yang
tidak kamu kenal. Mereka sejenis dengan yang hilang. Mereka berempat. Satu akan
berangkat dan mungkin tidak kembali. Tapi, kamu tidak perlu mengerti... kamu
hanya perlu tahu.”
Entah kenapa saya suka
dengan bagian ini, banyak yang belum dimengerti namun semuanya menyiratkan
sebuah arti.
Keping
35 :
Di Bab ini kemunculan
sosok Bodhi, seseorang yang masih
mencari jati diri, darimana dia berasal dan akan seperti apa ia berakhir
menjadi misteri kehidupan yang tak mudah terjawab. Kemana pun kaki melangkah,
takdir selalu menemukan cara untuk membawa kembali pada kenyataan bahwa manusia
hanya mampu menjalani dan menikmati setiap kesempatan yang ada. Cerita hidup
Bodhi dapat menjadi inspirasi seumur hidup, sebagaimana yang ia alami.
Kuraih
simpul mati bandanaku, menguraikannya perlahan,mengangkatnya hati-hati.
Membiarkan orang-orang bergelut dengan badai benak masing-masing. Reaksi semua
manusia kala pertama mereka melihatku tanpa penutup kepala. Mereka diam karena
meragu....
Adakah
anak bernama Bodhi yang mencuci setengah tubuhnya cuma untuk bercerita, bersila
sempurna dengan tasbih kayu di tangan kiri, adalah manusia?
Bong,
sahabat yang memperkenalkannya pada konsep anarki dan filosofi punk yang ia
buat sendiri. Mencoba mencari kebebasan dengan caranya, bukan ia orang yang tak
tahu budaya. Justru mindsetnya
terlalu realitas melihat kenyataan yang ada, perih! Buku-buku yang dibacanya
hanya memberikan teori dan sejarah tanpa bisa menorehkan sejarah kemajuan akan
sebuah budaya baru. Pandangan yang berbeda tentang kebebasan hidup.
Guru Liong, Tristan, Kell,
dan Star yang mewarnai kehidupan
barunya dengan seribu pengalaman demi menemukan jati diri, bahkan yang pada
akhirnya pencarian itu masih juga belum selesai.
“Tugasku menabur, tugasmu mengakar”
Quote
Kell yang cukup keren. Suka... suka... suka!
Keping 36 :
Untuk : Akar
Di mana pun kamu berada
Lama tidak bertemu bukan berarti
saya lupa.
Berjalan 2500 tahun bukan sekedar
sebentar, saya harap kamu mengerti. Asko sangat dingin dan tempat ini sangat
asing. Padahal ini tempat kita biasa belajar tapi sudah tidak sama, ya?
Akar, matahari kelima akan terbenam
tidak lama lagi.
Saya ingin optimis tapi sulit.
Mereka masih mengira mereka terpisah. Saya cemas matahari tenggelam sebelum
semua frekuensi lepas landas. Tapi mereka seperti bertahan. Sengaja bertahan.
Jangan takut, Akar. Kebenaran yang
tak bernama tak pernah terputus. Datang sebelum waktu. Hadir sebelum ruang.
Kamu selalu bercermin. Poros keempat yang tidak terlihar, jangan lupa itu.
Salam saya untuk tiga teman kamu.
Petir harus dibuat lebih percaya diri.
Selamat menjadi:
S
Bodhi
tercenung, sebuah surat rupanya. Surat janggal yang tak ia mengerti. Bodhi
merasa surat itu mengarah padanya. Tapi siapa “S”? Petir, Asko, matahari
kelima, poros keempat, tiga teman? Dan siapa AKAR?
~o~
Terlalu
banyak pertanyaan yang disisakan.
Sayangnya
beberapa hal yang membuat saya jenuh adalah narasi yang cukup panjang, selain
itu kemunculan banyak tokoh di Keping ke 35. Entah berapa mulai dari pemilik kos-kosan
Pak Yunus, warung rokok si Gombel, ojek si Kimun, Bong sebagai bos punk,
Tristan teman dari Australia, Kell seorang tattooist
dan hidup untuk menunaikan tugasnya menggenapi simbol tatto ke 618. Entah ada
arti apa di balik nomor itu? Jan, Clark, Heldegaard, teman kosan yang lebih
sering berganti-ganti, juga Ishtar Summer cinta pertama Bodhi. Keo seorang guide, Luca seorang rastafara, Dieth
supir penyelundup, sampai Georgy pembantu rumah Bob Marley yang masih ingin
melihat dunia di usianya yang menginjak 72 tahun dengan kursi roda yang setia
menemani. Gloria, Epona, Neang Ry, dan seabreg tokoh lain, ehmmm... banyak,
kan???
Ayoo...
siapa lagi yang mau menambahkan tokoh yang belum saya sebutkan? Hihihi...
Indonesia,
Myanmar, Laos, Thailand perjalanan panjang melewati setiap perbatasan negara.
Meskipun tidak terlalu banyak istilah sains seperti pada KPBJ namun, kebanyakan
tokoh dan setting tempat yang cukup banyak membuat saya bingung. Mungkin
satu-satunya cara agar saya tidak bingung adalah memiliki peta dan menyusuri
setiap tempat yang dikunjungi Bodhi kecuali beberapa daerah yang bukan tempat
wisata, apalagi melewati hutan dimana kelompok Khmer Merah berada, karena nasib
saya tidak ingin seperti Dieth dan
tanah penuh ranjau (abaikan bagian ini) karena saya cukup terhanyut saat Kell harus meninggal dengan cara dan di
tempat seperti itu.
Di buku ini, mungkin di
awal akan merasa ketidak sinambungan antara Keping 34, 35 dan 36 apalagi dengan
KPBJ. Bukan TIDAK! Mungkin belum, karena benang merahnya masih berupa jaring
laba-laba bening yang tak kasatmata. #halah
Well,
diakhir ocehan saya ini, Supernova bukanlah buku yang bisa dinikmati oleh
pecinta genre romance apalagi teenlit
jangan berharap menemukan pangeran ganteng yang bertemu dengan Cinderella dan
akhirnya menikah lalu hidup bahagia selamanya. Lupakan dengan cerita kacangan
kayak gitu #eh... Yang kacangan itu lebih mirip naskah novel saya???
#ampuuunnn....
Jika kalian mencari sesuatu yang berbeda, maka
Supernova menjadi salah satu resensi buat kalian. (catatan : bacalah dengan
sabar, jangan diPRkan beberapa hari apalagi berbulan-bulan. Jika masih belum
mengerti maka baca ulang... hihihi :P #betapa karya yang tak biasa, kan?)
Selamat
membaca!
Tunggu
celoteh saya selanjutnya dalam SUPERNOVA Episode PETIR!