“Aku lelah, Clark!”
keluhku lirih, tanpa pikir panjang ia menarik tanganku. Dengan tergopoh-gopoh mengikuti
langkahnya, entah ke mana ia akan membawaku? Yang pasti aku ingin pergi dari
tempat ini.
***
“Alohomora!”[1]
Clark menjentikkan tongkat
pada pintu tua di bawah tanah. Terkuaklah sebuah dunia yang hanya hadir dalam
mimpiku.
“Tempat apa ini?”
tanyaku.
“Fairy Land,” jawabnya singkat. Kulihat Tinkerbell dengan gaun
berwarna hijau khas, ia terbang bebas. “Pikirkan sesuatu yang bahagia, jika percaya
maka kau bisa terbang,” terang Clark.
“Tapi, tak ada sesuatu
di dunia ini yang kupercaya atau yang membuat bahagia,” ucapku dengan nada
datar.
“Mengapa kau diberi
nama Arwen?” tanya Clark menyadarkanku dari lamunan.
“Entahlah, aku kira tak
ada yang spesial dengan namaku!”
“Namamu sangat spesial,
karena Arwen adalah peri keabadian. Ia cerdas, bijak dan selalu menebar
kebahagiaan. Fairy land takkan
seindah ini tanpa kehangatan darinya.”
“Siapa sebenarnya
dirimu? Bagaimana kau mengetahui tempat ini?” tanyaku penasaran.
“Tak penting siapa aku,
yang penting adalah kamu!” jawab Clark, ia menunjukkan sebuah cermin besar yang
menggantung di dinding istana Fairy. Aku melangkah, kutatap cermin yang
memantulkan bayanganku. Fairy Land...
semoga ini bukan mimpi. Tink menaburkan debu pixie di atas kepalaku.
“Clark, aku bisa
terbang!?” teriakku masih dengan seribu ketakjuban.
“Tentu karena kaulah
peri keabadian, Arwen!”
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar