Oleh : Nanae Zha
Hari
tampak tidak bersahabat, ditatapnya sekumpulan awan yang menghitam. Tari berhenti
di depan pertokoan lalu memandang wajahnya dari luar etalase. Wajah kumal, seragam dekil, tidak ada bagus-bagusnya,
kalau penampilannya seperti ini Yusdi pasti akan
berpaling.
“Permisi Mbak, kami mau menawarkan kosmetik terbaru. Satu
set kosmetik ini bisa memutihkan, menyegarkan dan membuat kulit lebih kencang.”
Seorang SPG mendekatinya dengan seribu rayuan maut.
Tergiur rayuan SPG, ia membeli produk itu apalagi ada
diskon dua puluh persen, dan hasilnya akan terlihat dalam waktu satu minggu. Berada
di antara kumpulan anak borju, cantik, membuatnya mengidap
minder akut. Entah bagaimana dia berpikir sesempit itu. Padahal, di dunia ini
tidak ada yang sempurna.
Setelah satu minggu muncul bintik merah dihidung, rasa
gatal di pelipis mata, semakin lama semakin banyak. Wajahnya tampak aneh. Yusdi
datang ke rumahnya karena satu minggu ini tidak masuk sekolah. Tari menatap Yusdi
sendu, di luar dugaan ia masih berdiri di sana sambil tersenyum.
“Nggak apa-apa Tari, bagi saya kecantikan itu dari hati.”
Yusdi mendekap Tari yang berurai air mata. Jika tahu
setulus itu bisa menerima, hal konyol untuk mencoba-coba kosmetik tidak akan pernah
ia lakukan.
“Aku suka bukan karena paras, tapi karena pribadimu.”
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar