Oleh : Nanae Zha
Dulu kita pernah merangkai mimpi
tentang masa depan yang indah. Melalui cinta ini, aku banyak belajar untuk
mengendalikan ego, menerima segala keterbatasan karena dirimu akan melengkapi
kekurangan. Meski tak kupungkiri rengekan manja, ribuan omelan, cemburu yang
menggebu, seringkali melelahkan hati. Kita berdua telah banyak belajar untuk
saling memahami.
“Mas,
jangan lupa ya, minggu depan ada undangan.”
“Oh,
aku sibuk harus lembur. Kamu pergi sendiri saja ya.”
Alasan
itu tidak hanya sekali, dua kali aku dengar. Seakan setiap saat menghindariku.
Waktu luang begitu sulit didapatkan. Sejuta pertanyaan bergelayut di benak. Aku
termenung, mencoba introspeksi diri. Mungkin kamu mulai jenuh akan sikapku.
Mas, di mana? Aku udah sampai.
Iya, aku juga kangen kok.
Beberapa
pesan singkat dari nomor tak dikenal memenuhi inbox-nya. Ah, ternyata ada wanita lain memasuki kehidupan kami. Dia
telah merebut posisiku. Salahku yang memang tak cantik, apalagi seksi, dia begitu
sempurna untuk dibandingkan denganku. Tapi, aku punya cinta yang tulus, ada doa
yang setiap malam kulantunkan.
Aku berjanji, tidak akan
mengeluh meski di rumah tak ada sebutir beras pun. Bisakah kita puasa untuk
hari ini? Berharap itu semua bisa membuatmu kembali, memulai semua dari nol lagi.
Bisakah berpikir ulang demi anak kita? Aku rela memohon dan merendahkan harga
diri demi buah hati.
“Ma, Papa mana?” rengek Radit
malam itu.
Ia merindukan papanya, begitu juga aku yang tak pernah berhenti
merindukanmu. Tapi, jika kau cinta dia dan membuat lebih bahagia, maka aku rela
melepasmu.
Tuhan ... aku mencintainya sampai kapanpun
bukan karena ingin, tapi karena aku membutuhkannya. Biarlah cukup Engkau yang
tahu.
***
END
Cianjur, 08 Maret 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar