Minggu, 31 Mei 2015

Malam Pertama


Oleh : Nanae Zha

Seperti pada umumnya setiap pasangan pengantin baru akan mengalami masa-masa ini. Perasaan berdebar-debar tidak karuan. Semua tamu undangan telah pergi, keluarga juga tampaknya mulai lelah. Bejo yang sudah lama, ingin segera menunaikan sunnah Rasul telah berpikir banyak tentang apa saja yang akan dia lakukan.

Bejo segera menghampiri istrinya yang kali ini meski tanpa hiasan tetap saja terlihat cantik. Dengan baju tidur panjang menjuntai yang sebagian besar menutupi tubuhnya semakin membuat Bejo penasaran dengan istrinya.

“Dik, sudah siapkah malam ini?”

Istrinya terdiam, seperti biasa Bejo selalu mengartikan diam kekasih yang telah halalnya kini pertanda iya. Ia mengusap pipinya, dan mencium keningnya perlahan. Tangannya mulai merengkuh istrinya lebih dalam ke dadanya.

“Hentikan, Mas! Maaf,” ucap istrinya tertunduk.

“Kenapa, Dik? Apa Adik belum siap?”

“Maaf Mas saya tidak bisa melakukannya.”

“Lho, maksud kamu apa? Bukankah setelah menikah kita halal untuk melakukan itu. Lalu, kenapa kamu menolak? Apakah kamu tidak tahu, dosa besar menolak keinginan suami. Dan ini sudah menjadi hak dan kewajiban bagi orang yanag telah berumah tangga.”

“Saya, tahu Mas. Tapi, malam ini saya tidak bisa.”

“Lalu, kalau kamu tidak mau melayani suami untuk apa kita menikah.” Bejo tampak gusar.
Bejo pun pergi malam itu tanpa mau mendengarkan penjelasan Suci.

“Kenapa Bejo pergi, Ci?” tanya mamanya yang tampak kaget.

Suci menangis dan mengadu kepada mamanya Bejo marah padanya karena ia menolak kewajiban sebagai seorang istri.

“Nak, Bejo tunggu ada apa?”

“Silakan Pak, Bu, kalau ternyata Suci sudah punya kekasih lain kenapa mau menikah dengan saya.”

“Lho? Kata siapa Suci punya kekasih? Suci apa kamu punya?” Suci menggeleng.

“Lalu kenapa? Suci menolak menunaikan kewajiban sebagai istri?”

“Suci?!”

“Tapi, Suci beneran nggak bisa, Bu?”

“Emangnya kenapa? Itu adalah kewajiban istri.” Seluruh rumah gempar, padahal tadi siang baru dilangsungkan akad dan resepsi yang megah, tapi malam ini keributan telah terjadi.

“Bu ....” Suci membisikkan sesuatu pada ibunya.

“Owalah ... kirain ada apa toh Nduk! Nak, Bejo Suci ini anak ibu yang dia tidak punya kekasih lain, dan dia bukan berarti tidak ingin melayanimu malam ini saja, mungkin untuk seminggu kamu pun belum bisa menyentuhnya.”

“Lho? Kok Ibu jadi ikuta-ikutan?”

“Soalnya Suci lagi menstruasi.”

“Oh, pantesan ternyata bukan yang lapar saja klo resek yang lagi ‘dapet’ juga resek ya Bu.”

Bejo ... Bejo ... ternyata kamu ini kurang bejo untuk malam pertama.



***