Minggu, 31 Desember 2017

Keep Charge my 2018!


Seperti sebuah tradisi baik di akhir ataupun awal tahun banyak orang membuat resolusi. Meskipun katanya resolusi 2018 adalah perpanjangan dari tahun 2017 yang belum tercapai maksimal. Sebenarnya apa sih resolusi itu? Menurut KBBI V ada beberapa arti. Lets cek this out!


Jadi, resolusi merupakan pernyataan tertulis berupa tuntutan perubahan yang akan kita lakukan untuk tahun depan, tentu dengan tujuan untuk memotivasi agar menjadi lebih baik lagi. Pada umumnya, orang-orang akan menulis berbagai harapan yang sama. Ini beberapa yang biasa ada di-list teratas.

1.  Dapat jodoh/ menikah
2. Segera lulus (sekolah/kuliah)
3. Mendapat pekerjaan yang layak
4. Menjadi pribadi yang lebih baik (tapi kebanyakan aksinya tidak mencerminkan harapan hehehe ... #nunjuk diri sendiri)

Nah, kali ini saya tidak akan membahas detail point di atas, biarkan mengalir saja. Misalnya, perihal jodoh tanpa menulis di resolusi, toh, Tuhan sudah menuliskannya lebih dahulu di lauhul mahfuz bahkan sebelum kita lahir. Jadi, tidak perlu ragu dan bimbang tentang jodoh, umur, dan rizki. Saya cukup bersyukur Tuhan memberikan napas hingga detik ini. Banyak mimpi dan cita tidak tertulis, tetapi saya sematkaan dalam doa.


Izinkan saya menyematkan beribu syukur, terima kasih kepada Allah yang senantiasa memberi keajaiban. Untuk mereka yang selalu ada memberi support baik materil dan spirituil. Untuk doa yang membahana, untuk harapan yang tak pernah padam, untuk cinta yang tulus. Terutama Mama yang sabar dengan segala kebebalan dan keras kepalaku. Maaf untuk luka yang menggurat hati, kecewa menggores dada, atas bakti yang tak sempurna apalagi membuat bangga. Semoga bahagia selalu melimpahimu.
Tak terhingga buat kalian yang pernah berjuang menyulam aksara. Thank's to members of #GWP3 and #ODOC for motivation and be my maso-squad to reach my dreams. Ini salah satu bukti kekonyolan kalian.

Meski rasa "sakit" ini terus menggerogoti, saya tidak akan menyerah. I'll be survive, still pray because the deseas couldn't kill my dreams. Keep Charge!!

Minggu, 10 Desember 2017

Review Rival Brother





Judul : Rival Brother
Penulis : Sayfullan
Penerbit : Koloni-M&C
Cetakan : 2017
Tebal : 280 Halaman

BLURB

Elnino dan Tristan, dua kakak beradik ini harus bersaing untuk menaklukkan hati Farrah, gadis pemuja zodiak. Sialnya, Tristan harus kalah.

Satu tahun, hubungan Elnino-Farrah mulai masuk ke fase kritis. Elnino muak kehidupannya terlalu diatur peruntungan zodiak. Ketika itu, muncullah Afta, gadis asal Semarang yang sudah lebih dulu diincar Tristan.

Merasa tertantang untuk kembali mengalahkan kakaknya, Elnino bertekad menjadikan Afta sebagai pelarian dari Farrah. Sementara itu, Tristan tidak sudi cintanya kandas lagi karena Elnino. Api persaingan pun membara lebih hebat dari sebelumnya!

Apakah Afta akan diam saja tercebur di tengah badai perang dua bersaudara yang paling populer di sekolah itu? Lalu, bagaimana dengan Farrah? Apakah peruntungan zodiaknya akan lebih baik kali ini?

***
Karena cinta nggak kenal kata “Brother”

Saya paling suka dengan tagline itu di cover depan. Dengan warna putih dipadupadankan aksesoris mungil yang tersebar membuat cover ini berkesan lucu dan menarik. Sayangnya, itu bukan cover pilihan ketika MasSay (panggilan sayang) voting cover haha .… Sejujurnya, jika dihubungkan dengan judul ini terlalu “unyuk” tapi enggak jadi masalah, sih, tetap cantik di mata saya.

Nah, dari segi judul “Rival Brother” ini sudah pasti ini membocorkan cerita yaitu tentang perseteruan dua saudara. Namun, bagaimana kedua saudara tersebut bersaing dan bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah secara “laki” ini yang membuat saya memutuskan untuk memboyong novel ini.

Membaca lembar pertama, saya cukup kaget dengan keberanian MasSay menggunakan POV 1. Kekagetan saya tidak cuma di situ, masuk chapter 1 lagi-lagi harus mengerutkan dahi, awalnya sempat berpikir kalau itu POV Tristan, ternyata salah. Kemunculan Afta mulai mendominasi porsi tokoh utama. It’s ok, sih, cuma Tristan jadi kelelep di sana, ‘kan sayang #tim Tristan. Jadinya, sepanjang membaca novel saya berharap bakal ada POV Tristan. #Di situ saya merasa sedih.

Tokoh Tristan adalah tipe cowok idaman, baek banget, justru saya tidak merasakan adanya rival karena kadang Tristan banyak mengalah. Terus persaingan ini, rasanya cuma berkutat memperebutkan cewek. Jadi, sedikit iewhhbeudt nih lakik!

Ada banyak kebetulan yang membuat novel ini jadi berasa “nganu” semesta terlalu mendukung banget. Misal, pertemuan El, Tristan, dan Afta masih oke, tapi ketika mereka harus tinggal satu rumah? Ditambah persahabatan geng Afta, sekompak-kompaknya sahabat belum tentu mau pindah sekolah semua, meskipun di sana sudah disebutkan beberapa alasan, cuma menurutku terlalu maksa. #Aku aja pindah divisi, sahabat aku nggak pada ngikut #lha, opo iki :D

Beberapa quotes menarik:
"Tapi, gue yakin, terkadang luka bisa lebih ampuh memberi pelajaran daripada perhatian." (P-138)

“Rasa takut perlu dilawan. Tapi, cara pertama melawan adalah dengan mengakui diri bahwa kamu memang sedang takut." (P-173)

"Pernah ada yang bilang, seorang pemberani adalah orang yang mau mengakui kesalahan. Dan sebaliknya, seorang kesatria adalah dia yang sanggup memaafkan kesalahan ..." (P-269-270)

Akhirnya, saya bakal rekomended banget buat kalian anak remaja atau orang dewasa yang ingin ((kembali muda)) membaca novel ini. Berasa banget teenlit-nya. Congrats, ya ‘Brotherkuhh’ paling baek seKampus Fiksi. Ini dikarenakan MasSay yang selalu ngomporin aku buat nyelesein naskah haha :D Sukses selalu ditunggu karya selanjutnya, tetap semangat dan terus bernapas demi mewujudkan ide-ide yang bersarang di otakmu.

Senin, 24 Juli 2017

Expert Class GWP Batch 3




Yuhuuu ….
#GWP3 merupakan momen di mana saya bisa bertemu banyak orang, mengukir kenangan bersama mereka. Ada kisah micin yang tertoreh. Pengalaman nyasar sama pakbapak Gocar yang nggak mau buka aplikasi google map. Namun, kali ini saya tidak akan membicarakan soal kecupuan saya selama di Jekardah. Atau tentang kutukan micin saat bermain Werewolf  di rumah #MahLi yang atas kebaikan memberi tumpangan dan makan membuahkan hasil, hingga Mamah Lia Nurida bisa menjadi juara harapan 1 di event Gramedia Writing Project 3. Congrats, Mahli yeay ....

Oh, tidak lupa juga kepada “teman tidur” M. Dwipatra yang menjadi juara 1 dan Mamih Indah menjadi juara 2.  Dari 456 peserta #GWP3 saya bangga pernah menjadi teman tidur, teman ngakak, teman micin kalian. Uuncchhh ….

Terima kasih tak terhingga untuk seluruh staf, editor, admin, tim seleksi dan jajaran panitia GWP, atas kesempatan mengikuti Expert Class GWP 3 dan terus-terusan ngasih makan selama acara haha …. Ternyata Mbak Rosi dan Ceu Hetih tidak seseram dugaan saya. Love2 dah sama keduanya. Ah, masih belum puas padahal pas bagian Ceu Hetih, kenapa waktunya dikit? Hiks .

Dikarenakan cuma ada 3 materi yang dikirim admin GWP, maka saya menyimpan sekaligus berbagi ilmu yang sudah didapatkan saat mengikuti Expert Class GWP 3. Dengan mentor yang keceh, mulai dari Tere Liye, Aan Mansyur, Benzbara, Rosi L. Simamora, dan terakhir editor Hetih Rusli. Terima kasih atas ilmunya.

Expert Class with Tere Liye.

Dari sekitar 80 peserta saya terdaftar di kelompok 1. Kelas pertama bersama Tere Liye membahas mengengai IDE. Segala sesuatu di sekitar kita bisa menjadi ide, tapi penulis yang baik selalu menemukan sudut pandang yang spesial. Peserta langsung disuguhkan dengan tugas membuat kalimat dengan unsur kata HITAM. #bah haha

“Jika tidak menemukan sudut pandang yang spesial, maka kariermu tidak akan panjang.” (Tere Liye)

Mencari sudut pandang yang spesial ini memang gampang-gampang susah, semua perihal waktu dan keuletan. Jam terbang yang panjang seperti Tere Liye bisa dengan mudah memantik ide dari satu kata. Apalah saya yang hanya bagian dari partikel upil yang terinjak, terhempas, lalu tertiup angin. #halah

Setelah peserta menuliskan beberapa kalimat dan dibaca satu-satu (tidak semua sih). Bang Tere belum puas, ia masih mencari sudut pandang berbeda dari kata hitam yang bukan sekadar warna, simbol duka, atau apa pun yang mengandung unsur gelap hingga akhirnya ia cerita. Bagian ini saya lupa, entah mahasiswa atau salah satu peserta mentoring yang pernah dia temui.
Menuliskan begini, tepatnya lupa, intinya seperti ini ya, pakai bahasa sendiri, maaf kalau sedikit ngarang :) 

“Hitam seringkali datang terlambat, tidak sekali dua kali hingga yang lain sudah bosan menunggunya. Karena sering dikecewakan mereka sepakat meninggalkan hitam. Sejak saat itu, warna pelangi hanya ada mejikuhibiniu tanpa ada hitam.”

Ide itu terdiri dari lapisan-lapisan seperti bawang, setiap kali dikupas ada lagi lapisan yang lain. Makin spesial sudut pandang, maka makin kuat cerita yang kamu tulis.

PROSES KREATIF HUJAN Tere Liye
A.    DEVELOP


1.       Memunculkan pertanyaan-pertanyaan lalu temukan jawabannya.
2.      Bagaimana jika kita bawa kisah hujan ke masa depan, di mana tahun dengan segala kecanggihan teknologi, adanya mesin waktu untuk menghapus ingatan, tapi sulit menemukan hujan?
Dari pertanyaan-pertanyaan itu kemudian muncullah jawaban-jawaban. Kita bisa memulai semua dari.
What : Apa yang membuat hujan menarik? Karena tokoh perempuan yang penyuka hujan , di mana setiap turun hujan ia bisa mengenang banyak hal.

Saat membuat novel Hujan, yang pertama ditanyakan, apakah spesialnya hujan? Banyak orang yang menyukai hujan karena apa? Kalau tidak salah kemudia Bang Tere bilang, “karena saat hujan orang akan mudah mengenang masa lalu. Lalu bagaimana seseorang bisa memeluk erat masa lalu?”

Berhubung menulis novel berbeda dengan film yang bisa digambarkan secara visual, maka novel adalah cerita. Amunisi seorang penulis hanyalah kalimat atau tulisan. Cerita mengenai hujan sudah biasa, lalu muncul pertanyaan selanjutnya.



Where : Di mana setting yang akan dipakai?
When : Kapan kejadian ini terjadi? Di masa depan, masa lalu, atau kapan?
Who : Siapa pemeran utamanya? Detailkan karakter tersebut menjadi sesuatu. Siapa tokoh utama, teman baik, orang tua, dll.
How : Bagaimana isu hujan masuk tulisan?
Gunung meletus, perubahan alam yang mengubah siklus iklim di berbagai belahan dunia. Konflik terjadi saat hujan tidak ada lagi di bumi, sedangkan tokoh utamanya mencintai hujan dan kenangan. Hingga ia memutuskan untuk menghapus ingatan dengan mesin penghapus ingatan.

B.    KARAKTER
Bagaimana cara menciptakan karakter?

Contohnya: Novel Hafalan Surat Delisha

Idenya : seorang anak perempuan yang menghafal bacaan salat, tapi terputus sesuatu. Karena tahun itu lagi gandrung tsunami, maka tsunami Aceh menjadi pemutus hafalan tersebut.

Tuliskan karakter yang ingin kamu tulis:
1.      Tokoh utama siapa : anak kecil berumur enam tahun
2.      Gendernya apa : perempuan
3.      Sifatnya : imut menggemaskan tapi suka main bola
4.      Keluarganya siapa : bungsu dari 4 saudara.
Kuncinya saat kamu menentukan karakter adalah:
a.      Sesuaikan dengan kebutuhan cerita. Di novel tidak ada tokoh figuran seperti di film. Sekali kamu sebut namanya, maka harus clear ujung pangkalnya. Harus ada kesinambungan untuk apa kamu memunculkan karakter tersebut. Jika dia tidak penting, apakah kalau dihilangkan tidak mengubah jalan cerita?
b.      Buatlah pembaca jatuh cinta dengan karakter yang kamu buat. Misalnya, seperti tokoh-tokoh Harry Potter. Hermione, Ron, Draco Malfoy, Dumbledore bahkan Sirius si tokoh antagonis pun bisa membuat pembaca suka dengan keberadaannya. Maka, bisa dikatakan kamu sukses membuat cerita.

C.    SETTING

Ide itu memang tidak ada yang benar-benar original, kembali lagi ke pembahasan pertama carilah sudut pandang yang spesial. Mengenai setting, banyak sekali penulis yang menggunakan setting yang sama, misalnya tentang Jepang. Karena lagi ramai dan latah, setting pun ikut-ikutan di Jepang atau Korea.
Aduuhhh … sebenarnya di bagian ini saya cukup tertohok. L

Ya, berhubung Bang Tere memang sejenis penulis science fiction jelas ya setting-nya cenderung fantasi. (Muehehe … membela diri.) Namun, tidak ada yang salah dengan setting mainstream, tinggal bagaimana cara penulis membuatnya spesial. Intinya sefiksi apa pun tetap sesuaikan dengan logika.

Misalnya di Jakarta, bagaimana macetnya Jakarta, bagaimana suasana saat berada dalam busway, kalau perlu seperti apa aromanya, deskripsikan dalam tulisan kamu sehingga pembaca mempercayai apa yang kamu tulis hingga membuat mereka bisa berada di tempat yang sama.

Karena waktu yang cukup singkat, maka pembahasan bersama Bang Tere di Expert Class #GWP3 berakhir. Sayangnya, masih banyak pertanyaan lain yang ingin disampaikan huhuhu … dan saya lagi-lagi lupa tidak menuliskan bagian Q&A. Maafkan L
Mungkin penyampaian di atas ada yang terlewat atau ditambahkan sesuai ingatan saya yang sedikit labil. So, break dulu ya … semoga apa yang saya bagikan di atas bisa bermanfaat. Babay.


Sabtu, 01 April 2017

Writing Camp 3





Hai ... Guys.
Serasa punya PR besar kalau belum bisa berbagi cerita. Ini kelanjutan cerita saya selama di Gunung Puntang. Ngapain di sana? Lho, masih ada yang belum tahu? Jadi, tanggal 10 Oktober itu, anak-anak KBM Bandung mengadakan kopdar, lebih tepatnya mengadakan Big Writing Camp. Kemping di gunung? Yoi, keren nggak tuh. Yang nggak ikut nyesel deh hehe ....

Nah, selain kopdar bertemu teman yang awalnya cuma bisa menyapa dalam maya, tapi juga kita dibekali ilmu kepenulisan. Kan acaranya juga writing camp. Makanya nggak baik rasanya kalau ilmu yang didapat cuma dikenyam sendiri tanpa mau berbagi. Semoga bermanfaat.

Kebetulan hari ini membaca cerpen seorang teman, jadi ingat sama acara bedah cerpen bareng Pak Isa. #Catatan : Saya coba tulis di sini sebanyak yang saya ingat dan catat, maaf kalau tidak berurutan. Sebenarnya cara penuturan Pak Isa nggak gitu, kurang lebihnya mohon maaf, sedikit improvisasi :D

Saat acara bedah cerpen, banyak kendala atau kesalahan yang dilakukan penulis pemula, sama seperti saya :D Misalnya : Pembuka salah, karakter kurang, dialog datar, konflik hambar, ending hancur!

Pertanyaan 1 : Pak, maksudnya kalimat pembuka yang salah itu seperti apa? (Lalu membuka cerpen milik peserta)

Jawab : Kalimat pembuka itu harus ada kepentingan dengan isi cerita. Hindari membuka cerita dengan unsur alam, seperti bulan, bintang, langit, matahari, angin, senja, hujan, dll.

#Lho, kenapa? (Jreng ... jreng ... karena e karena ... itu termasuk salah satu dosa penulis :D)

Contoh : Lembayung senja menghiasi cakrawala, bilur-bilur jingga menjadi saksi cinta kedua insan yang dilanda panah asmara bla bla bla. (bagian ini saya ngarang sendiri karena lupa contohnya)

Berasa 'kan nggak penting banget kalimat di atas. Hehe ... Sebenarnya boleh aja sih, memasukkan unsur alam asal ada hubungan sama ceritanya.

Misal : Panas terik matahari mengantar Bapak mengayuh sepeda lagi. "Hari ini harus dapat penumpang," katanya penuh semangat. Beberapa hari, beliau mengumpulkan uang hasil menarik becak untuk membeli sepatu anak bungsunya.

(Semoga contoh kalimatnya termasuk dosa yang bisa dimaafkan)

Nah, kalau unsur alam seperti ini diperbolehkan karena ada hubungan dengan cerita. Bagaimana usaha si bapak itu dalam kerasnya kehidupan, baik panas maupun hujan ia tetap berjuang.

Contoh dosa lain :

Hari itu Senin, tanggal 10 Oktober, aku setengah berlari menyibak kerumunan orang di sekitar. Perasaanku was-was ... dst

Ø  Pak Isa : Ini nih, kenapa harus hari Senin, tanggal 10 Oktober? Apa ada hubungannya dengan jalan cerita?

Ø  Pemilik naskah : Ada, Pak. Ceritanya si tokoh mau upacara, biasanya 'kan upacara hari Senin.

Ø  Pak Isa : Oh, hari Senin mau upacara. Ok! Tapi kenapa 10 Oktober? Ada yang spesial di tanggal itu?

Ø  Pemilik naskah : tidak, ada sih.

Ø  Pak Isa : Nah, itu. Itu tanggal yang sia-sia. Kecuali kalau ada moment di 10 Oktober yang membuat tokoh nggak bisa move on dari tanggal itu. Misalnya : hari kelahiran, kematian ibunya, atau sesuatu yang menjadi benang merah cerita. Kalau cuma tempelan doang, buat apa? Apa bedanya dengan hari Senin, tanggal 5 Januari?

(terus kami manggut-manggut)

Pertanyaan 2 : Pak, bagaimana sih cara membangun karakter?

Jawab : Untuk membangun karakter agar benar-benar riil, maka penulis harus mengetahui siapa tokoh yang dia tulis. Mulai dari nama, umur, hobi, cita-cita, pendidikan, kesehatan, latar belakang, apa yang dia suka, apa yang dia tidak suka.

·        Kalau Caca (panggilan kesayangan untuk Putri Salsabila, mau deh jadi Caca) menulis buku Cool Skool, dia menggambarkan ketiga tokohnya dengan melihat artis. Misalnya untuk Gen, Niki, Kate, jadi semua karakter itu benar-benar nyata/ hidup. Makin unik karakter lo makin gereget ceritanya. ( Dan baru tahu kalau Pak Isa ngomongnya gaul euy, elo-gue :D)

·       Kalau Asma Nadia, dia banyak bertemu orang. Pintarnya Asma, untuk menghidupkan ayahnya Rania, tokoh dalam novel Love Spark in Korea. Ia menggabung 2 karakter orang yang berbeda, gabungan dari Camile (ayah angkat Asma dari Perancis) dan bapaknya di rumah.

Pertanyaan 3 : Bagaimana dialog yang bagus? Dan seberapa banyak porsi yang harus disuguhkan antara dialog dan narasi?

Jawab : Tidak ada aturan baku, dialog berapa persen atau narasi berapa persen. Cuma gunakan dialog sesuai kebutuhan. Terkadang ada banyak orang yang mudah bosan dengan narasi/ dialog yang panjang-panjang. (Terus Pak Isa membaca lagi cerpen peserta yang tidak ada titik koma dalam satu kalimat. Heuheu ... lucu lihat Pak Isa kehabisan napas :D )

Maka gunakanlah kalimat pendek atau secukupnya.  Usahakan membuat kalimat dalam satu tarikan napas. Jangan menggunakan kata yang sama dalam satu kalimat, carilah padanan kata biar variatif.
Contoh : sebenarnya, sesungguhnya, sejatinya, sebetulnya, dll ...

Bagian ini saya ingat dengan permainan memperkaya diksi.
Pas malam api unggun, Pak Isa ngasih permainan kata dan kita harus mencari sinonim. Tapi hati-hati juga memilih kata, contoh : pembaringan. Jika mau digunakan untuk mengganti kasur atau ranjang tetap tidak sesuai tempatnya, karena pembaringan biasanya identik dengan pembaringan terakhir.

Contoh narasi yang salah (lagi-lagi karangan sendiri, maaf naskah teman2 aku lupa detailnya):

Kemarin, Bunda berjanji mau mengajak jalan-jalan ke taman bunga sebagai hadiah menang lomba mewarnai. Aku tak bisa tidur nyenyak meski berulang kali kupejamkan mata. Suasana taman terbayang dalam benak, bermain bola sambil berkejaran, ada angin sepoi menyelusup menyibak rambut panjangku. Pagi itu cahaya matahari jatuh tepat di atas kelopak netra, membuatku terjaga dari indahnya mimpi.

“Eh, anak cantik udah bangun, ayo! Kita mandi!” tutur Bunda sambil mengangkat tubuhku.

Ada yang salah?
Dari segi diksi mungkin menarik, tapi kalau kita telaah lebih dalam siapa tokohnya maka ini tidak realistis.

Sesuaikan narasi atau dialog dengan umur tokoh. POV-aku di sini seorang anak kecil mungkin sekitar usia 5 tahun, apakah mungkin penuturannya seindah itu? Kosakata seorang anak kecil masih minim, seperti contoh di atas : Kupejamkan, dalam benak, angin sepoi menyelusup menyibak rambut, netra, terjaga dari mimpi, dll. Kata-kata tersebut tidak realistis untuk seorang anak kecil. Makanya ketika jadi penulis apalagi dengan POV 1, usahakan menjadi tokoh dalam cerita yang kamu buat. Jangan menjadi diri penulis.

Kalau pun ingin seperti itu maka lebih baik ganti POV 3.


Pertanyaan 4 : Bagaimana cara menggali konflik biar lebih gereget?

Jawab : Buatlah konflik yang pembaca tidak tahu dan carilah solusinya, tapi jangan dibuat-buat.

#Bagian ini saya lupa penuturan Pak Isa gimana, ya? Heuheu ... tapi saya ingat kata-kata Raditya Dika di blog seseorang:

Konflik itu tipis aja, nggak harus mendayu-dayu yang penting kuat. Setiap adegan harus punya karakter yang konfliknya tabrakan.

Nah, gitu deh pokoknya. Cara membangun konflik adalah hadirkan karakter yang berlawanan. Jangan biarkan tokohmu mendapatkan apa yang diinginkan dengan mudah.

Pertanyaan 5 : Pak, bagaimana cara membuat ending yang berkesan?

Jawab : Hadirkan twist, beri kejutan di akhir cerita biasanya ini yang membuat cerita membekas lebih lama. Jadi, ending itu membuat pembaca merasa nggak sia-sia membeli buku ini. Ingat pengalaman Asma Nadia dengan tukang pel?

Pertanyaan 6 : Last but not least, dari semua masalah teknik kepenulisan apa sih yang paling penting bagi seorang penulis?

Jawab : Branding nama!

Lihat Eyang Wiro (lagi-lagi saya melirik si kumis tipis dengan rambut sebahu) dia siapa? Tapi untuk membranding nama dia mau di-bully habis-habisan sebagai jones. Meninggalkan tanah kelahiran, datang ke Jakarta dengan segala ke-katrok-annya. Tapi dia berhasil menyedot perhatian seluruh anggota KBM, bahkan sekarang telah membuat komunitas khusus wikiplak.com untuk nge-bully dirinya.

#Yang tidak tahu Wiro abaikan contoh absurd itu. Percayalah, dia bukan orang tenar dan tidak perlu dicari di sosmed mana pun. Hahaha.

Nah, itulah sekelumit pengalaman berharga di Gunung Puntang. Padahal masih banyak cerita lain, hanya saja kelemahan saya melawan rasa malas untuk menulis :D

Kurang lebihnya saya mohon maaf, terima kasih kepada Pak Isa, jajaran admin, semua panitia dan peserta BWC. Juga kakak-kakak dan teman-teman yang bersedia menerima saya di komunitas ini, salam kenal, salam santun.

Semoga apa yang disampaikan bisa bermanfaat.

SATU BUKU SEBELUM MATI? BISA!!!

 Note :
Dan saya baru nyadar sekarang sudah out dari KBM, mungkin karena kecewa dengan beberapa postingan member yang "nyampah".

#repost : Cianjur, 02 April 2017