Senin, 21 Juli 2014

Review "KOMA" Rachmania Arunita



 
Judul Buku : Koma

Penulis : Rachmania Arunita

Penerbit : Bentang Pustaka

Tebal : 298 halaman



Horrreeee!! Akhirnya saya mendapatkan buku ini dicetakan ke 4, setelah perjuangan memohon-mohon barter sama teman. Untuk Gelar, si ganteng kalem thanks karena sudah mengalah hehe... Pertama kali mendengar promo yang besar-besaran saya langsung tertarik. Apalagi seorang Rachmania penulis yang cukup saya kagumi ketika debut pertamanya dengan novel “Eiffel... I’m in Love” dan langsung membuat saya jatuh cinta untuk menulis novel dan berharap suatu saat novel saya bisa difilmkan. Haha..

Ok! Sekarang tentang buku barunya KOMA.

I really love with the cover! Simple tapi elegan. Dengan perpaduan warna yang eye cathcing. Suka dengan penulisan KOMA, dimana huruf “O” nya benar-benar pakai tanda “koma” terus lambang infinity-nya keren! Well, meski banyak kontroversi dengan cover “Koma, bukan Titik” milik Fiksimini Palembang. Judul yang hampir sama pula. Hmm.. saya tidak mau membahas masalah soal ini, tapi mencoba positif saja mungkin inspirasinya sama, seperti halnya novel milik Bisma Dwibangga yang berjudul “Koma,Titik”. Bukankah di dunia ini tidak ada yang benar-benar original??



KOMA milik Rachmania Arunita ini, bercerita tentang jiwa-jiwa yang berkeliaran antara kehidupan dan kematian. Jani seorang gadis yang mengalami koma karena sebuah kecelakaan. Akhirnya dalam keadaan koma jiwa Jani bertemu dengan jiwa Leo. Leo seseorang yang mengajarinya banyak hal, menuntunnya pada sebuah pemahaman tentang arti kehidupan, nasihatnya menjadi sebuah perenungan yang sarat makna. Dan di sanalah mulai terjalin kisah romantis dua jiwa namun tidak berlebihan. Perasaan cinta yang hangat, sederhana dan tidak menggebu-gebu itu so sweet!



Tapi...  jujur saja sebagai pengagum Rachmania saya merasa kecewa. Ekspektasi saya sangat besar terhadap buku ini dan saya merasa nggak dapet feel di buku ini. Ketika saya mulai membaca beberapa halaman saja, saya merasa bosan. Terlalu banyak narasi dan dialog panjang yang gak penting, banyak pengulangan kata dan kalimat yang sama dengan makna yang itu-itu saja, seolah itu dibuat sengaja untuk mempertebal buku. Dengan tebal 298 halaman ini saya merasa sia-sia. Saya juga menemukan beberapa typo, di Bab 3 hal 101 “ sebelumnya, suara Alex selalu terdengar dengan lantang...” ehmm... seharusnya itu Leo! Atau ada kalimat yang tidak konsisten, dinyatakan bahwa jiwa tidak bisa menangis dan mengeluarkan air mata. Tapi di halaman 19 tertulis “ Aku langsung menangis dengan terisak-isak...” lha piye iki???



Setelah perjuangan beberapa minggu mencoba menyelesaikan buku ini meski malas, lagi-lagi saya dibuat kecewa dengan ending-nya. Ending-nya ENGGAK BANGET!! Konflik keluarga yang penyelasainnya gak jelas. Kalau mau digantung kenapa nggak digantung sekalian, membuat sequel gitu?! Saya kira Leo akan siuman dan di sana konflik terjadi lagi, kegalauan Jani dalam menentukan pilihan. Tentang siapa pria yang dia cintai sebenarnya apakah Raka cinta di dunia nyatanya ataukah Leo cinta dari dunia maya?

So, kisah cinta Leo terasa sia-sia berharap Jani mengucapkan kata “Aku juga mencintaimu” thats it?! Lalu jiwa Leo melayang, berkeliaran tanpa raga yang pasti kapan bangun atau mati. Hemmppth... Saya kecewa :(



Tapi, ini pendapat saya lho sebagai pecinta buku. Setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda, mungkin jika teman-teman yang baca akan sangat menarik jadinya. Jadi silakan jika masih penasaran dengan KOMA yang satu ini... selamat membaca.   

Tidak ada komentar: