Kamis, 08 Maret 2018

Review Novel Bayangan Kematian Lexie Xu & Erlin Cahyadi

review, resensi, novel, thriller, remaja, gramedia

Judul : Bayangan Kematian
Penulis : Lexie Xu & Erlin Cahyadi
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : Februari 2016
Tebal : 272 halaman
ISBN : 978-602-03-2529-3

Blurb :

Erin Winata
Aku tidak pernah menyangka kehidupan SMA-ku menjadi rumit. Bayangkan, baru saja resmi menjadi anak SMA, aku malah melihat pembunuhan. Yang lebih parah lagi, pelaku pembunuhan itu tahu aku telah melihatnya, dan kini mengincar nyawaku! Belum lagi aku harus menghadapi kenyataan bahwa satu-satunya cowok yang kusukai ternyata punya hubungan istimewa dengan sahabatku sendiri. Mana mungkin ada yang lebih sial daripada aku?
Lusi Rimba
Tadinya hari-hariku aman, damai, dan cenderung membosankan. Satu-satunya hal yang merecoki ketenangan hidupku hanya Joni alias Jonathan, si cowok sedingin es yang gaya rambutnya sudah keinggalan mode sepuluh tahun. Namun, semua itu berubah saat aku menyaksikan pembunuhan bersama sahabatku. Lebih gawat lagi, korbannya malah menghantuiku dan mengatakan dia akan membalaskan dendamnya kepada kami semua karena sudah membuatnya menderita. Oh Tuhan, bagaimana cara kami meloloskan diri dari pembalasan hantu dengki itu?
***
Resensi Novel Bayangan Kematian Lexie Xu & Erlin Cahyadi - Sebenarnya ini buku pertama dari Lexie yang saya baca. Berhubung mengurangi tumpukan dosa buku akhirnya saya pilih juga untuk diresensi. Novel Bayangan Kematian Menceritakan persahabatan antara Erin dan Lusi yang memiliki dunia berbeda. Dilihat dari segi judul, sudah jelas ini adalah genre thriller. Suatu hari Erin dan Lusi yang berada di ruang musik lama menyaksikan pembunuhan. Dari kejadian itu, mereka mengalami berbagai kejadian hingga sang pembunuh mengancam hidup Erin. Dark teen ini cocok untuk remaja, dengan gaya bahasa yang ringan, dibumbui humor dan kisah cinta ala remaja banget. Dengan menggunakan dua sudut pandang orang pertama, tetapi tidak akan membuat pembaca bingung karena setiap bab sudah jelas tertera siapa yang bernarasi.


Kehadiran dua laki-laki yaitu Diego dan Nathan menjadi pemanis cerita ini. Kisah cinta remaja yang tidak berlebihan atau menye-menye, tetapi saling membantu dalam setiap kesulitan. Ekspektasi saya terhadap novel ini cukup tinggi, sayangnya saya tidak menemukan kepuasan setelah membacanya. Bahkan saya tidak mendapatkan ketegangan sama sekali atau ada rasa takut meskipun dibaca tengah malam. Selain itu, saya tidak menemukan twist ending karena sejak awal saya sudah bisa menebak siapa pembunuhnya. Bukan berarti buku ini tidak bagus, tetapi saya tekankan sekali lagi bahwa genre thriller ini memang disesuaikan untuk remaja.

Well, saya tidak mau spoiler jadi bagi yang membutuhkan buku misteri ringan mungkin ini bisa jadi rekomendasi.

Keep reading!