Jumat, 29 April 2016

REVIEW NOVEL INTELIGENSI EMBUN PAGI (IEP)


Judul : Inteligensi Embun Pagi
Penulis : Dee Lestari
Penerbit : Bentang Pustaka
Cetakan : Pertama, Februari 2016
Tebal : xiv + 710 halaman
ISBN : 978-602-291-131-9
Harga : Rp. 98.000,00

Novel Supernova series merupakan perjalanan panjang para tokoh untuk menemukan jati diri, bisa jadi untuk pembaca bahkan penulisnya sendiri. Tidak heran kehadirannya selalu dinantikan. Intelegensi Embun Pagi merupakan buku pamungkas dari semua serinya selama 15 tahun. WOW! 15 tahun menunggu, ini bisa dibayangkan. Berawal dari : KPBJ (2001), Akar (2002), Petir (2004), Partikel (2012), Gelombang (2014) dan IEP (2016)

Dengan tebal mencapai 700 halaman sebagai novel Indonesia yang pernah saya baca, tentu saja ekspektasi saya sangat tinggi, apalagi Dee salah satu penulis favorit saya. Baiklah, mari kita kupas satu per satu. Dalam seri IEP memang tidak terlalu panjang membahas latar belakang tokohnya karena di seri lain sudah ada penjabaran secara detail, seperti yang pernah saya review sebelumnya. IEP merupakan kunci jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan yang selama ini menggantung. IEP merupakan ajang reuni bagi semua tokoh, pertemuan Peretas, Infiltran, dan Sarvara.

1. KPBJ (Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh)
Berawal dari tokoh seorang Gio yang kemunculannya selalu dianggap tempelan, namun ternyata di sinilah kuncinya. Dari awal saya adalah penggemar Gio dan tidak sia-sia mencintai seorang Gio, karena dia memiliki tugas penting, yeayy ...
KPBJ lebih banyak bercerita tentang percintaan, dilema, kesetiaan, balutan romantismenya lebih kental menurut saya. Kisah Ferre, Diva, Rana dan Arwin. Petualangan intelektual Dimas dan Reuben, gemes-gemesnya mereka saat beradu argumen, suka banget! Meskipun saya banyak cengo dengan bertebarnya istilah sains.

2. AKAR
Bodhi merupakan karakter terkuat dari seluruh seri, menurut saya. Petualangan sebagai traveller demi menemukan jati diri, sangat membawa emosi pembaca. Ada bagian yang saya sampai meneteskan air mata, saat Kell mati dalam ledakan ranjau. (baca di review saya sebelumnya J)

3. PETIR
Merupakan seri paling ringan, dengan bahasa gaul elo gue. Sumpah ... menikmati banget alurnya, tidak terlalu banyak pemikiran yang berat. Suka dengan kekonyolan Mpret and the geng :D

4. PARTIKEL
Zarah ... bagian ini bikin saya errr ...
Saya mengagumi tokoh Zarah, kepercayaan, kesetiaan, perjuangan, sepak terjang yang menunjukkan bahwa Zarah adalah perempuan yang tidak mudah digoyahkan. Sayangnya, yang namanya perempuan tetap kalah oleh cinta hohoho ... dia dihianati oleh pacar bahkan sahabat sendiri. No! Saya bisa merasakan kerapuhanmu, Zarah :(

5. Gelombang
Ichon. Saya mencintai dan menikmati tokoh Alfa dengan segala konfliknya. Saat di Sianjur Mula-mula pindah ke Jakarta akhirnya Amerika. Hidupmu sulit tapi berasa paling mudah mendapatkan kesempatan ya? Sayangnya, sebagai peretas mimpi, Alfa selalu dibayangi oleh rasa takut. Jika kamu bisa menggenggam dunia, mengapa untuk mendapatkan sedikit ketenangan saat tidur saja susah? Sini, Nak, bobok sama Mama :D

6. Intelegensi Embun Pagi (IEP)
Akhirnya seri pamungkas. Tempat berkumpul dan bertemunya semua tokoh. Penasaran bagaimana cara mereka bertemu dan reaksi yang terjadi? Untuk alur, karena tokohnya banyak tentu saja harus berpindah-pindah. Bagi saya yang sudah membaca ke semua serinya tidak sulit untuk menangkap isi cerita. Bahkan untuk bagian Mpret dan Elektra tetap dibuat ringan dialog dan narasinya jadi tidak kehilangan karakter yang dulu. Meskipun kadang mesti mengingat, eh ... ini siapa ya? Saat dibahas soal Pak Kas, Kell atau Guru Liong.

Hanya saja bagian yang paling membuat saya kesal adalah ketika PETIR begitu mudah dilumpuhkan Sarvara. Hello ... ke mana aja itu para Infiltran? Apa saja sih tugas mereka? Mereka punya kekuatan nggak? Kalau Sarvara berani nekat, kenapa mereka cuma menunggu keajaiban? Seharusnya sebagai body guard, malaikat penolong atau apa pun istilahnya mereka harus ada dan siap membantu, bukan sekadar memerhatikan dari kejauhan. Kalau seperti itu tugas mereka tidak total! Sumpah! Bagian ini nggak habis pikir, jadi untuk apa mereka ada? Masa yang memiliki misi untuk tetap menjaga stabilitas perdamaian dunia di saat genting masih bisa ngopi dan ngerokok? Sebel gue!

Baiklah, bagian itu memang membuat saya emosi! Lupakan!
Munculnya orang-orang lama di luar dugaan yang awalnya seolah tempelan kini mulai berperan aktif. Seperti Simon sebagai Sarvara, hanya saja saya kehilangan dokter Kalden di sini. Kenapa si Kalden sebagai ketua dari semua Infiltran kok nggak muncul di saat genting. Infiltran ini sok prinsipil untuk tidak turut campur, atau memang pengecut? Bahas ini lagi? Emosi lagi gue! Bye!

Mpret yang tiba-tiba muncul sebagai umbra dan tadaa ... akhirnya menjadi pahlawan. Sayangnya, di sini banyak tokoh lama yang muncul, sedangkan tokoh utama tersingkirkan. Seperti Alfa dan bahkan karakter Bodhi di sini tidak begitu jelas. Hemm ... etapi, romantisme Zarah dan Gio, aku suka banget!

Oke, beberapa poin di IEP yang sayangnya tidak memberi jawaban :

1.     Hilangnya Diva yang misterius. Diva adalah Bintang Jatuh, peretas yang Kacingcalang. Motif penghianatannya tidak begitu jelas.
2.      Firas, ayah Zarah yang juga sebagai peretas puncak, kok, gampang banget matinya. Seharusnya infiltran tahu ini, dan mereka masih diam? Damn!
3.      Portal Bukit Jambul hancur, infiltran tidak datang. Mereka  bahkan bisa hidup dan mati ratusan kali lantas mengapa tidak punya nyali?  Kenapa, Mak?
4.       Banyak tokoh utama menghilang seperti Ferre, Rana, bahkan fungsi Bodhi kelelep sama Mpret? Why?
5.       Konflik puncak kematian salah satu tokoh penting, udah gitu aja? Kok, saya gagal meneteskan air mata?
6.       Bagian surprise-nya peretas puncak dilahirkan kembali. Permata. What? Ini harus menunggu 15 tahun lagi. Mak, curiga bakal ada sekuel? Kalau nggak fungsi lahirnya Permata buat apa?

Baiklah, cukup panjang bahasan kali ini. Intinya saya membaca IEP dengan panjang 700 halaman ini tidak puas! Eaakk ... pakai tanda seru pula :D
Maaf, Mak Suri masih banyak pertanyaan saya belum terjawab meskipun pembaca bebas meliarkan imajinasinya, tapi penantian 15 tahun itu untuk menunggu kepastian bukan untuk digantung seperti ini. Lelah hati Adek, Mak. Cariin Adek bahu untuk bersandar #halah *tjurhat :P
Tapi ... walau bagaimanapun saya tetap merekomendasikan Supernova Series untuk kalian miliki dan baca. Terlebih ini novel Indonesia yang patut diacungi jempol. Sejarah baru dalam dunia tulis menulis. Aku tetap suka padamu, Mak Suri. Ditunggu karya selanjutnya.

Untuk pembaca temukan keasyikan saat menyelami setiap tokoh, keep reading :)