Minggu, 31 Desember 2017

Keep Charge my 2018!


Seperti sebuah tradisi baik di akhir ataupun awal tahun banyak orang membuat resolusi. Meskipun katanya resolusi 2018 adalah perpanjangan dari tahun 2017 yang belum tercapai maksimal. Sebenarnya apa sih resolusi itu? Menurut KBBI V ada beberapa arti. Lets cek this out!


Jadi, resolusi merupakan pernyataan tertulis berupa tuntutan perubahan yang akan kita lakukan untuk tahun depan, tentu dengan tujuan untuk memotivasi agar menjadi lebih baik lagi. Pada umumnya, orang-orang akan menulis berbagai harapan yang sama. Ini beberapa yang biasa ada di-list teratas.

1.  Dapat jodoh/ menikah
2. Segera lulus (sekolah/kuliah)
3. Mendapat pekerjaan yang layak
4. Menjadi pribadi yang lebih baik (tapi kebanyakan aksinya tidak mencerminkan harapan hehehe ... #nunjuk diri sendiri)

Nah, kali ini saya tidak akan membahas detail point di atas, biarkan mengalir saja. Misalnya, perihal jodoh tanpa menulis di resolusi, toh, Tuhan sudah menuliskannya lebih dahulu di lauhul mahfuz bahkan sebelum kita lahir. Jadi, tidak perlu ragu dan bimbang tentang jodoh, umur, dan rizki. Saya cukup bersyukur Tuhan memberikan napas hingga detik ini. Banyak mimpi dan cita tidak tertulis, tetapi saya sematkaan dalam doa.


Izinkan saya menyematkan beribu syukur, terima kasih kepada Allah yang senantiasa memberi keajaiban. Untuk mereka yang selalu ada memberi support baik materil dan spirituil. Untuk doa yang membahana, untuk harapan yang tak pernah padam, untuk cinta yang tulus. Terutama Mama yang sabar dengan segala kebebalan dan keras kepalaku. Maaf untuk luka yang menggurat hati, kecewa menggores dada, atas bakti yang tak sempurna apalagi membuat bangga. Semoga bahagia selalu melimpahimu.
Tak terhingga buat kalian yang pernah berjuang menyulam aksara. Thank's to members of #GWP3 and #ODOC for motivation and be my maso-squad to reach my dreams. Ini salah satu bukti kekonyolan kalian.

Meski rasa "sakit" ini terus menggerogoti, saya tidak akan menyerah. I'll be survive, still pray because the deseas couldn't kill my dreams. Keep Charge!!

Minggu, 10 Desember 2017

Review Rival Brother





Judul : Rival Brother
Penulis : Sayfullan
Penerbit : Koloni-M&C
Cetakan : 2017
Tebal : 280 Halaman

BLURB

Elnino dan Tristan, dua kakak beradik ini harus bersaing untuk menaklukkan hati Farrah, gadis pemuja zodiak. Sialnya, Tristan harus kalah.

Satu tahun, hubungan Elnino-Farrah mulai masuk ke fase kritis. Elnino muak kehidupannya terlalu diatur peruntungan zodiak. Ketika itu, muncullah Afta, gadis asal Semarang yang sudah lebih dulu diincar Tristan.

Merasa tertantang untuk kembali mengalahkan kakaknya, Elnino bertekad menjadikan Afta sebagai pelarian dari Farrah. Sementara itu, Tristan tidak sudi cintanya kandas lagi karena Elnino. Api persaingan pun membara lebih hebat dari sebelumnya!

Apakah Afta akan diam saja tercebur di tengah badai perang dua bersaudara yang paling populer di sekolah itu? Lalu, bagaimana dengan Farrah? Apakah peruntungan zodiaknya akan lebih baik kali ini?

***
Karena cinta nggak kenal kata “Brother”

Saya paling suka dengan tagline itu di cover depan. Dengan warna putih dipadupadankan aksesoris mungil yang tersebar membuat cover ini berkesan lucu dan menarik. Sayangnya, itu bukan cover pilihan ketika MasSay (panggilan sayang) voting cover haha .… Sejujurnya, jika dihubungkan dengan judul ini terlalu “unyuk” tapi enggak jadi masalah, sih, tetap cantik di mata saya.

Nah, dari segi judul “Rival Brother” ini sudah pasti ini membocorkan cerita yaitu tentang perseteruan dua saudara. Namun, bagaimana kedua saudara tersebut bersaing dan bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah secara “laki” ini yang membuat saya memutuskan untuk memboyong novel ini.

Membaca lembar pertama, saya cukup kaget dengan keberanian MasSay menggunakan POV 1. Kekagetan saya tidak cuma di situ, masuk chapter 1 lagi-lagi harus mengerutkan dahi, awalnya sempat berpikir kalau itu POV Tristan, ternyata salah. Kemunculan Afta mulai mendominasi porsi tokoh utama. It’s ok, sih, cuma Tristan jadi kelelep di sana, ‘kan sayang #tim Tristan. Jadinya, sepanjang membaca novel saya berharap bakal ada POV Tristan. #Di situ saya merasa sedih.

Tokoh Tristan adalah tipe cowok idaman, baek banget, justru saya tidak merasakan adanya rival karena kadang Tristan banyak mengalah. Terus persaingan ini, rasanya cuma berkutat memperebutkan cewek. Jadi, sedikit iewhhbeudt nih lakik!

Ada banyak kebetulan yang membuat novel ini jadi berasa “nganu” semesta terlalu mendukung banget. Misal, pertemuan El, Tristan, dan Afta masih oke, tapi ketika mereka harus tinggal satu rumah? Ditambah persahabatan geng Afta, sekompak-kompaknya sahabat belum tentu mau pindah sekolah semua, meskipun di sana sudah disebutkan beberapa alasan, cuma menurutku terlalu maksa. #Aku aja pindah divisi, sahabat aku nggak pada ngikut #lha, opo iki :D

Beberapa quotes menarik:
"Tapi, gue yakin, terkadang luka bisa lebih ampuh memberi pelajaran daripada perhatian." (P-138)

“Rasa takut perlu dilawan. Tapi, cara pertama melawan adalah dengan mengakui diri bahwa kamu memang sedang takut." (P-173)

"Pernah ada yang bilang, seorang pemberani adalah orang yang mau mengakui kesalahan. Dan sebaliknya, seorang kesatria adalah dia yang sanggup memaafkan kesalahan ..." (P-269-270)

Akhirnya, saya bakal rekomended banget buat kalian anak remaja atau orang dewasa yang ingin ((kembali muda)) membaca novel ini. Berasa banget teenlit-nya. Congrats, ya ‘Brotherkuhh’ paling baek seKampus Fiksi. Ini dikarenakan MasSay yang selalu ngomporin aku buat nyelesein naskah haha :D Sukses selalu ditunggu karya selanjutnya, tetap semangat dan terus bernapas demi mewujudkan ide-ide yang bersarang di otakmu.