Minggu, 10 Desember 2017

Review Rival Brother





Judul : Rival Brother
Penulis : Sayfullan
Penerbit : Koloni-M&C
Cetakan : 2017
Tebal : 280 Halaman

BLURB

Elnino dan Tristan, dua kakak beradik ini harus bersaing untuk menaklukkan hati Farrah, gadis pemuja zodiak. Sialnya, Tristan harus kalah.

Satu tahun, hubungan Elnino-Farrah mulai masuk ke fase kritis. Elnino muak kehidupannya terlalu diatur peruntungan zodiak. Ketika itu, muncullah Afta, gadis asal Semarang yang sudah lebih dulu diincar Tristan.

Merasa tertantang untuk kembali mengalahkan kakaknya, Elnino bertekad menjadikan Afta sebagai pelarian dari Farrah. Sementara itu, Tristan tidak sudi cintanya kandas lagi karena Elnino. Api persaingan pun membara lebih hebat dari sebelumnya!

Apakah Afta akan diam saja tercebur di tengah badai perang dua bersaudara yang paling populer di sekolah itu? Lalu, bagaimana dengan Farrah? Apakah peruntungan zodiaknya akan lebih baik kali ini?

***
Karena cinta nggak kenal kata “Brother”

Saya paling suka dengan tagline itu di cover depan. Dengan warna putih dipadupadankan aksesoris mungil yang tersebar membuat cover ini berkesan lucu dan menarik. Sayangnya, itu bukan cover pilihan ketika MasSay (panggilan sayang) voting cover haha .… Sejujurnya, jika dihubungkan dengan judul ini terlalu “unyuk” tapi enggak jadi masalah, sih, tetap cantik di mata saya.

Nah, dari segi judul “Rival Brother” ini sudah pasti ini membocorkan cerita yaitu tentang perseteruan dua saudara. Namun, bagaimana kedua saudara tersebut bersaing dan bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah secara “laki” ini yang membuat saya memutuskan untuk memboyong novel ini.

Membaca lembar pertama, saya cukup kaget dengan keberanian MasSay menggunakan POV 1. Kekagetan saya tidak cuma di situ, masuk chapter 1 lagi-lagi harus mengerutkan dahi, awalnya sempat berpikir kalau itu POV Tristan, ternyata salah. Kemunculan Afta mulai mendominasi porsi tokoh utama. It’s ok, sih, cuma Tristan jadi kelelep di sana, ‘kan sayang #tim Tristan. Jadinya, sepanjang membaca novel saya berharap bakal ada POV Tristan. #Di situ saya merasa sedih.

Tokoh Tristan adalah tipe cowok idaman, baek banget, justru saya tidak merasakan adanya rival karena kadang Tristan banyak mengalah. Terus persaingan ini, rasanya cuma berkutat memperebutkan cewek. Jadi, sedikit iewhhbeudt nih lakik!

Ada banyak kebetulan yang membuat novel ini jadi berasa “nganu” semesta terlalu mendukung banget. Misal, pertemuan El, Tristan, dan Afta masih oke, tapi ketika mereka harus tinggal satu rumah? Ditambah persahabatan geng Afta, sekompak-kompaknya sahabat belum tentu mau pindah sekolah semua, meskipun di sana sudah disebutkan beberapa alasan, cuma menurutku terlalu maksa. #Aku aja pindah divisi, sahabat aku nggak pada ngikut #lha, opo iki :D

Beberapa quotes menarik:
"Tapi, gue yakin, terkadang luka bisa lebih ampuh memberi pelajaran daripada perhatian." (P-138)

“Rasa takut perlu dilawan. Tapi, cara pertama melawan adalah dengan mengakui diri bahwa kamu memang sedang takut." (P-173)

"Pernah ada yang bilang, seorang pemberani adalah orang yang mau mengakui kesalahan. Dan sebaliknya, seorang kesatria adalah dia yang sanggup memaafkan kesalahan ..." (P-269-270)

Akhirnya, saya bakal rekomended banget buat kalian anak remaja atau orang dewasa yang ingin ((kembali muda)) membaca novel ini. Berasa banget teenlit-nya. Congrats, ya ‘Brotherkuhh’ paling baek seKampus Fiksi. Ini dikarenakan MasSay yang selalu ngomporin aku buat nyelesein naskah haha :D Sukses selalu ditunggu karya selanjutnya, tetap semangat dan terus bernapas demi mewujudkan ide-ide yang bersarang di otakmu.

Tidak ada komentar: