#nanaezha_stories
By : Nanae
Zha
Aku lupa
bagaimana awalnya bertemu. Satu hal yang diingat adalah terakhir kali kita berpisah.
Kau mengucapkan kata yang cukup mematikan. Singkat namun menghunjam tepat ke
jantung. Lupakah pada kenangan yang pernah dilalui? Manis, pahit hubungan yang
diperjuangkan, demi menghindari kegagalan.
Sayang, hanya
satu ujian yang tak bisa dilalui. Atas nama perempuan ketiga di antara kita, kau
pun tega meninggalkanku. Salah! Justru sebaliknya aku yang meninggalkanmu. Mencoba
mengingat dalam samar semua kejadian itu.
“Putuskan aku!”
pintamu.
Saat itu hanya
bisa mengernyitkan dahi, lantas setenang mungkin menarik napas perlahan.
“Awalnya kamu yang memintaku, maka silakan akhiri dengan caramu,” ucapku dengan nada anggun.
“Awalnya kamu yang memintaku, maka silakan akhiri dengan caramu,” ucapku dengan nada anggun.
Kamu tahu
yang terjadi setelah itu?
Di balik punggungmu aku berjalan dengan mata berembun, tak kupedulikan ramainya orang berlalu lalang. Pandangan mengabur, pendengaran mendadak tuli, hati terluka mengingat semudah itu kau ucapkan perpisahan.
Terakhir yang aku ingat, tubuh terasa ringan seolah melayang. Tak ada air mata di pipi, tak ada rasa sakit di hati. Namun, ada hal ganjil saat kau berbalik ke arahku. Memeluk dan mencium, meminta maaf dengan penuh penyesalan. Anehnya, aku tak merasakan getaran apa pun.
Di balik punggungmu aku berjalan dengan mata berembun, tak kupedulikan ramainya orang berlalu lalang. Pandangan mengabur, pendengaran mendadak tuli, hati terluka mengingat semudah itu kau ucapkan perpisahan.
Terakhir yang aku ingat, tubuh terasa ringan seolah melayang. Tak ada air mata di pipi, tak ada rasa sakit di hati. Namun, ada hal ganjil saat kau berbalik ke arahku. Memeluk dan mencium, meminta maaf dengan penuh penyesalan. Anehnya, aku tak merasakan getaran apa pun.
Semua lenyap
seketika, bersamaan dengan mobil yang melintas di hadapan. Tubuh jauh
terpelanting, kau berlari memelukku yang berlumuran darah. Akhirnya, dua kata
darimu memang benar-benar mematikan.
Aku masih gentayangan
menunggu sebuah kepastian.
***
Cianjur, sebuah
kisah di 15 Januari 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar