Sabtu, 23 Juli 2016

Kepada Tuan



Masihkah Tuan marah?
Jika tidak, itu baik, hanya saja aku masih menangis. Bisakah ulangi lagi hari ini seolah tak pernah terjadi? Bisakah kata maaf itu mengembalikan air mataku dan air matamu yang terjatuh? Hampir saja Tuan, kau menikam segala rasa yang pernah kupupuk. Sakitmu terlalu dalam, begitu pun lukaku. Sebegitu burukkah aku di matamu?

Tuan, kau tak pernah tahu bagaimana sulitnya kurangkai aksara, khawatir ada satu kata yang terselip kembali menusuk relung hatimu. Dosaku bertambah lagi, membuat kecewa juga lara. Aku bukan dirimu, yang setiap kata bagai sabda lantas dengan sepenuh takzim orang-orang mendengarkan. Aku sungguh orang biasa yang tak sempurna. Penuh khilaf dan dosa, tangis ini hanya satu caraku menyesali kebodohan.

Maafmu telah kuterima dengan lapang dada, hanya saja jika lukamu masih menganga, maka lukaku terlalu dalam dan tersembunyi. Kau ingat Tuan? Aku pernah kehilangan, pernah ditinggalkan atas satu kesalahpahaman. Apa kau akan melakukannya hal yang sama padaku? Rasanya seperti dibuang dari orang tersayang. Mengingat itu pun, air mataku kembali mengalir.

Sama halnya ketika kuingat kekatamu. Setidaknya, sedikit penjelasan mampu menenangkan atas kesalahpahaman, bukan? Hanya itu yang aku syukuri. Setelahnya, jika Tuan ingin membenci silakan, tapi jangan lupa kembali mencinta.

Aku tidak marah padamu Tuan, hanya saja aku masih menangis.
Itu saja.

Cianjur, 2016

Tidak ada komentar: