Sabtu, 01 April 2017

Writing Camp






Gaeesss, sebenarnya ini catatan lama di akhir tahun 2015 yang tersimpan di laptop dan baru dibuka lagi ha-ha. Lupa kalau saya pernah punya pengalaman ini. Beberapa catatan memang ditulis lalu dilupakan, tapi akan ada suatu masa ketika menemukan tulisan lama, kita akan tersenyum sambil mengingat-ingat kekonyolan yang pernah terjadi. Saya pernah share tulisan ini dalam rangka memenuhi challange #bigwritingcamp di grup FB KBM (Komunitas Bisa Menulis) yang digawangi Pak Isa dan Bunda Asma Nadia. Let's check this out!

Di Oktober 2015, KBM Bandung mengadakan acara Big Writing Camp. Berawal dari nekat, seumur-umur belum pernah mengikuti writing camp. Ini adalah pengalaman pertama meskipun bukan pertama mengikuti workshop, tapi camping? Sedikit khawatir mengingat belum pernah kopdar, apalagi di KBM termasuk newbie belum mengenal banyak orang. Tepatnya, orang-orang tidak mengenal saya meskipun sudah gabung sekitar satu tahun, maklum silent reader. :D

Alasan mengikuti BWC adalah :
1.      Sejujurnya saya kurang piknik  #halah
2.      Kangen suasana workshop, apalagi camping. Bayangan aku sih tadinya bakalan ada renungan malam terus nyanyi deh lagu wajib, yang lupa judulnya apa ... pokoknya liriknya ada kalimat ini, “Baru gelap dunia beginilah rasanya ....”
3.      Kopdar teman-teman KBM membuat antusias, hampir setahun gabung cuma mengenal di dunia maya. Silaturahmi adalah cara alami untuk memperpanjang umur katanya, insyaallah. Apalagi yang datang ternyata dari berbagai kota: Aceh, Makasar, Sidoarjo, Depok, Tangerang, Bogor, dll.

Perjalanan Cianjur-Bandung pagi itu mulus tanpa hambatan, sampai terminal Lw. Panjang sekitar pukul 08.30 tidak jauh dari prediksi. Masih dengan tampang bego celingak-celinguk kayak orang bingung, beberapa calo malah menawari ke tempat lain sambil menarik-narik tas. Wuuttsss ... situ calo atau jambret? Aku kan unyu, gimana kalau ada yang nyulik?

Untungnya panitia sigap menelepon dan menunjukkan lokasi. Oya, saya cukup berterima kasih kepada bapak tukang becak telah menunjukkan jalan yang benar. Pelajaran pertama, tidak semua orang asing bahaya, Vroh 😁
Jejeran toko oleh-oleh khas Bandung hampir saja mengubah arah perjalanan, untung kuat iman dan tipis dompet 😂

Hal pertama yang dilakukan adalah mencari sekumpulan orang-orang dengan tas besar atau ransel. Dan tadda ... lagi jalan gitu, saya menemukan dua sosok dengan tas segede gaban, tanpa pikir panjang mengikuti langkah mereka. Bodoh, ya? Gimana coba kalau tersesat? Tapi itulah intuisi, naluri seorang penulis yang bisa membaca karakter dan bahasa tubuh seseorang #ceilehahay

Yups! Si pemilik ransel segede gaban itu mendekati beberapa orang membawa kertas dan daftar hadir peserta. Tuh, kan bener, gumamku. Itulah kali pertama bertemu dengan Teteh Hafidah Bintang Kecil, satu-satunya panitia yang namanya tidak asing :D Terus si cantik Chabella yang super riweuh bin centil, tapi selalu menebar senyum. Teh Ayu, terima kasih senyummu menyejukkan perjalanan akibat jetlag #eh? Anggaplah naik pesawat :D

Lima belas menit sedikit melar dari jadwal karena beberapa peserta belum datang. Teh Asih, orang pertama yang ngajak kenalan, bertukar cerita seputar dunia menulis. Dua cowok kece di belakang Kang Hamdy Vn dan Nurbagus, tidak kalah seru obrolannya. Jadi malu, aku mah apa atuh? Cuma sekadar penulis status facebook. Tiba-tiba perempuan ransel gaban pengin difoto sambil gelantungan di pintu mobil. Akhirnya tahulah namanya Teh Linda. Kehkehkeh ...

Berangkatlah mini bus yang kami tumpangi. Busyeettt ... ternyata dari terminal hampir 3 jam, berarti duduk di mobil 6 jam dari Cianjur hayduuhhh ... biasanya saya tipe orang yang nggak bisa diajak jalan jauh naik bus, kudu siap-siap keresek, tapi niat memang menguatkan langkah, ya. Cuma ngakalin banyak tidur :P Memasuki daerah Pangalengan sudah terasa hawa pegunungan, pedesaan, hamparan sawah yang alhamdulillah masih membentang. Mobil semakin naik, rumah-rumah semakin berkurang di kiri-kanan banyak tanaman sayuran. Jadi ingat Cipanas-Cibodas, sayuran dan bunga menjadi pemandangan paling menyejukkan, apalagi hawa dingin menyelingkupi. Bukan maksud membandingkan sih, (sedikit promo) kalau soal udara dingin kayaknya Cibodas tetep nyess ... mau siang apalagi malam. Kalau Gn. Puntang siang hot, malem cold.

Jajaran pohon pinus menjulang, setelah salat zuhur dan makan siang acara dimulai dengan presentasi buku. Ini nih, salah satu yang bikin menarik. Bagi anggota KBM yang telah memiliki buku, baik solo maupun antologi diperbolehkan untuk mempresentasikan bukunya masing-masing. Sayang, saat itu saya nggak bawa buku apa pun.

“Memangnya, kamu dah punya buku, Nae?”
#Plak!

To be continued ... jangan lewatkan setiap bagian ceritanya karena ada ilmu dari Pak Isa yang belum saya share :P

Tidak ada komentar: