Kamis, 19 Februari 2015

Berjihad Dalam Diam (Say No To Pacaran)



 

Oleh : Nanae Zha

“Kapan kamu menikah? Mama sudah ingin menimang cucu,” ucap mama tersirat harap di matanya.

Aku terdiam, mencari jawaban tepat agar tidak menyisakan pertanyaan baru.
“Insya Allah, Ma. Kalau sudah waktunya, jodoh pasti bertemu.” Matanya berkaca-kaca. Secara tidak langsung, mungkinkah aku menyakiti hatinya?

***

“Na, malam minggu ini ada konser lho, mau ikut?” tanya Richie. Cukup lama aku mengenalnya, tapi masih saja ia belum mengenalku. Aku tidak menyukai keramaian seperti itu.
“Maaf, aku tidak bisa,” ucapku menolak sehalus mungkin.
“Itu yang aku suka dari kamu, Na.”

Richie memang baik, tampan, tapi aku menjaga hati agar tidak luluh karena ketampanan yang tak abadi. Jarak pun tercipta bukan berarti tidak suka, kuputuskan tidak ingin pacaran. Berjihad melalui cinta dalam diam untuk mendapatkan ridho Allah.

Dua tahun berlalu, Richie pindah ke luar kota. Takada kabar, jujur kehilangan, tapi kucoba berserah diri pada Allah. Siang itu, setelah acara pengajian, Mbak Mutia-kakak seniorku di kampus-menemuiku.

“Na, apakah kamu sudah siap berumah tangga?” tanyanya membuatku jadi salah tingkah. Aku hanya bisa menunduk. “Diam itu, Mbak anggap iya. Begini, saudara Mbak lagi mencari istri.  jika bersedia kami akan mengkhitbahmu,” ucapnya.
Sudah saatnya menunaikan sunnah Rasul dan menuruti kehendak ibu.

***

Malam itu, kedua keluarga bertemu. Aku menunggu di dalam kamar, perasaan campur aduk tidak karuan.
“Ya, Allah kuatkan hamba yang ingin mendapat ridho-Mu.”
“Na, keluarlah!” Ibu memanggilku. Jelas di matanya terpancar kebahagiaan.
Aku berjalan mengikuti ibu, di sana sosok pemuda duduk dengan pandangan tertunduk. Entah apa yang ia lihat di bawah sana. Aku menyapa keluarga Mbak Mutia. Saat pemuda itu mengangkat wajahnya hampir saja terperenyak.
“Richie?!” Ia tersenyum.
Inilah yang dinamakan jodoh, tanpa bisa diduga. Sejauh apapun berharap ia takkan datang, begitupun ratusan kali menolak jika jodoh takkan lari ke mana. Semoga Richie bisa menjadi imamku kelak.


***

_END_

Tidak ada komentar: