Senin, 17 November 2014

Purnama Terakhir



 

“Pergilah  Gio! Kumohon ...,” lirih Rea, perlahan kristal bening merembes dari mata yang terpejam.
“Jam 12, kamu harus sabar ... ini yang terakhir,” ucap kucing setia  yang tak berhenti menemani meski nyawa taruhannya.
“Pergi! Jika tidak aku akan menyakitimu!”
“Sakiti aku sepuas kamu mau, Rea!” teriak Gio.

Teng ... teng ....
Gadis itu beringsut dari tepi jendela, menahan sakit di sekujur tubuh. Ia meraung, jeritan malam yang memekakkan telinga. Setiap malam bulan purnama, Rea berubah menjadi serigala dan ia butuh darah.

“Aaauuummm ....”
Purnama terakhir, hanya darah Gio yang bisa menggenapi kutukan ini maka Rea akan menjadi manusia seutuhnya. Serigala pun menyerang, mencabik dalam, setiap cakaran menggurat senyum di wajah Gio, sungguh ia bahagia.

Detik terakhir sebelum meregang, Gio berubah wujud menjadi manusia.
“Selamat atas kelahiranmu Rea, kini kamu bebas,” ucapnya lirih.
“Giiioooo!!! Maafkan aku, aku tak ingin hidup jika harus kehilanganmu!”
Rea menangis, lagi-lagi ia harus kehilangan orang yang dicintai karena kutukan ini.

***

Tidak ada komentar: