Minggu, 23 November 2014

Review Supernova PETIR




Judul : SUPERNOVA Episode PETIR
Penulis : Dee
Penerbit : Bentang Pustaka

Kyaaa ... membaca di awal bab serasa diajak reunian, kembali mengenang Dhimas dan Ruben. Kangeeenn dengan sosok mereka dalam seri Supernova sekaligus kecewa ... (#kenapa harus maho  sih?!)

Di bab pertama, bercerita tentang kado kedua belas tahun. Di saat yang tepat email dari Gio Alvarado tentang hilangnya Diva di Rio Tambopata. Email yang membuat Dhimas punya alasan untuk menghubungi Ruben.

Akhirnya ia dapatkan sebuah stimulus baru yang akan memacu adrenalin dan sejenak meredam melatonin mereka. Sebuah kado hari jadi yang terlambat datang sehari.

Bab dua, bercerita tentang Elektra, putri Wijaya tukang servis dan reparasi, memiliki kakak perempuan bernama Watti, dengan double ‘t’. Beberapa tahun setelah ayahnya meninggal, Elektra kehilangan asa tentang masa depan yang tak pernah tahu akan menjadi seperti apa. Sedangkan Watti telah menikan dengan pria yang bisa memenuhi segala keinginannya. Lalu, bagaimana dengan nasib Elektra? Setelah lulus kuliah dan belum juga mendapat pekerjaan, ia benar-benar berada dalam tingkat strees yang nyaris membuat ia kehilangan akal. Berhenti untuk mengikuti MLM mencari downline, jauhi piramida bisnis seperti itu karena bakat itu tidak dimiliki Elektra meskipun ia keturunan Tionghoa yang sudah didaulat menjadi pedagang semenjak masih dalam kandungan.
Semua bermula gara–gara tarian memanggil petir dari alam bawah sadar, dan juga pengaruh dari STIGAN. Akhirnya merubah ia menjadi makhluk so-sial saat bertemu dengan Betsye dan Kewoy, sebuah kunci yang mempertemukan ia dengan Toni alias Mpret. Hanya dengan tujuh belas juta, Mpret berhasil mengubah Eleanor menjadi Elektra Pop. Sebuah bisnis warnet, rental PS, kantin, Distro semua ada, bagaimana tidak di kawasan Bandung ini bisa meraih pusat perhatian para pemuda Bandung sebagai tempat nongkrong yang asik.

Elektra berjaya ditambah dengan kekuatan six sense yang terpendam dalam dirinya, yang kemudian diasah oleh guru spiritualnya, Ibu Sati. Elektra mampu membaca pikiran seseorang. Metamorfosis yang membawa pengaruh positif yang ada dalam dirinya, kini Elektra bukan lagi bahan bully-annya Watti, setelah berhasil dengan bisnis Elektra Pop, dan ditambah penyembuh terapi listrik, bahkan bisa membaca pikiran orang lain. Greaat!

Saya suka penuturan di Petir dengan bahasa yang ringan dan mudah dicerna, tapi jangan panggil Dee klo tidak beranalogi dengan sains. Tetap saja kehadiran Ibu Sati sebagai guru spiritualnya mampu menganalogikan semua gelombang elektro dari alam.  Beberapa hal kocak seperti saat Elektra berbohong tentang surat dalam kitab Yohanes cuma sampai pasal 21 dan tidak ada pasal 22. Atau saat Elektra kecil yang harus mengikuti persekutuan yang di pimpin oleh Bang Nelson, tentang kuasa gelap yang menyelimutinya. Atau saat ia ingin meniru bacaan yang gak jelas akhirnya cuma was wes wos ... ini adalah novel terkocak dari seri Supernova yang sebelumnya.

Bab tiga, sebuah jaring laba-laba mulai terlihat. Mpret bertemu dengan Bong saudara sepupu yang diisolasi dari keluarga, atau tepatnya mereka berdua sengaja mengasingkan diri dari keluarga karena jiwa pemberontak mereka. (Oia, klo ada orang yang sejenius Mpret untuk urusan bisnis, gue mau invest lah! Haha ...)
Bong, mendengar tentang Elektra, ia ingin memperkenalkan Elektra pada sahabatnya. Seseorang yang masih harus menemukan jati diri, meski puluhan kota telah ia singgahi, bahkan negara telah ia seberangi, hijrah dari satu tempat ke tempat lain masih belum bisa mengungkap siapa sebenarnya dia. Sang Bodhi, dialah sahabat Bong yang akan dipertemukan dengan Elektra, mampukah Elektra memecah misteri kehidupan Bodhi?

Eiitss ... tunggu kelanjutannya pada seri Supernova selanjutnya di Partikel.
Have fun deh baca yang ini. So, tunggu apalagi!

Tidak ada komentar: