Minggu, 23 November 2014

Surat Cinta


“Hati Tak Hanya Milik Manusia”


Apa kabar Cinta?
Seperti biasa, aku selalu baik karena tak ada perhatian yang melebihi perhatianmu. Hari menjadi lebih baik dan bertambah ceria setiap kali kau menyapa, menatapku bahkan menjamah tubuhku yang kaku semalaman. Setiap jalan yang dilewati, meski itu terjal dan berliku mampu sampai finish jika kau yang menggandeng dengan yakin. Jarak tak pernah menjadi masalah ketika aku bisa menghabiskan ribuan mil untuk terus kulalui denganmu.

Cinta...
Setiap tarikan napas, setiap kata yang kau eja, setiap jengkal langkah, aku teringat akan ucapanmu, “semakin jauh kaki mengayuh maka semakin dalam nama terukir.” Tapi, bagiku bukan sekedar nama karena aku tahu cintamu telah mengakar jauh di dasar hati. Benar, aku begitu sabar menghadapimu, tapi tahukah engkau sesungguhnya sabar ini karenamu. Jika melihatmu yang tak pernah malu berjalan denganku, meski sejawatmu mencemooh keberadaanku, engkau yang berusaha mati-matian membela. Aku yang tak pernah dilirik banyak orang, namun kau bisa menerima apa adanya. Hingga, aku rela menyerahkan segalanya untukmu. Bahkan hidup dan matiku!

Cinta...
Apalah arti rupa karena aku percaya engkau begitu setia. Terima kasih atas kebersamaan yang pernah kita lalui bersama, di bawah terik matahari, debu mengganas menerpa tubuh, engkau mengusap penuh cinta. Masih ingatkah moment itu? Di bawah guyuran hujan, desahan napasmu kudengar jelas di telinga. Dan kita lalui pekatnya malam hingga fajar menyingsing di ufuk timur, kulihat engkau terlelap di samping, aku berhasil mencuri diam-diam hingga kau membuka mata. Lalu cinta mana lagi yang aku harapkan selain dari cintamu? Cukup memilikimu merupakan anugerah terindah dalam hidupku.

Sampai suatu hari, aku pernah kecewa ketika engkau menyatakan cinta di balik punggungku. Pada gadis cantik yang kau bawa tepat di hadapanku. Laras! Itu namanya! Lalu, apakah kau akan melupakan aku? Mungkin tempatku akan tergeser oleh keberadaannya yang jauh lebih memikat. Apalah daya, aku pun tak bisa menolak dan meninggikan ego ketika engkau lebih memilihnya. SELAMAT terucap dalam hati meski tak mampu kau dengar.
Setelah hari itu, kau lebih sering memujinya, lebih sering mengajaknya meski kau tak lupa mengajakku juga. Malah sering kudengar umpatan ketika aku mogok berjalan. Kau salah memilih! Tak bisakah kau melihat ketulusan? Aku sungguh peduli padamu.

Hingga hari itu, kau membawaku pergi, namun kali ini tanpa dia. Hanya kita berdua, kau curahkan rasa kecewa tentang gadis yang pernah dipuja-puji. Dulu, kita bertiga dalam satu tempat yang sama betapa menyakitkan melihat kedekatanmu. Namun, kini lebih menyakitkan saat melihat butir kristal keluar dari netramu. Kumohon jangan begitu karena engkau kekuatan untuk tetap bertahan. Kau bilang gadis itu pergi dengan seorang pria ber-Ninja. Bisakah cinta terabaikan karena Ninja? Tetap sederhana itulah yang kumau. Karena cinta bukan diukur dari materi, karena cinta bukan didapat dari apa yang kau miliki. Justru cinta sesungguhnya adalah ia yang bisa menerimamu apa adanya, seperti halnya diriku yang bisa menerimamu apa adanya.

Aku memang tak bisa memberi lebih dari yang kau mau. Namun, aku selalu menemanimu di saat suka dan duka. Kemarilah, mendekatlah, jangan ragu! Akan kubawa ke manapun kau mau, ke tempat yang bisa menenangkan hatimu. Atau mungkin ke tempat yang bisa menghiburmu. Berharap suatu saat nanti akan ada yang mendampingimu dengan setia. Usiaku kini tak muda lagi, semoga masih ada waktu untuk menemani hingga kau dapatkan cinta sejati.

Kemarin, kutemukan sepucuk surat cinta darimu. Jantungku dag dig dug tak karuan, mengertikah engkau perasaanku selama ini? Aku tak menyangka mendapatkan surprise yang luar biasa setelah bertahun-tahun kebersamaan kita. Kau bilang sayang padaku, tentu saja aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu. Aku akan mati dilebur waktu karena pada akhirnya aku hanya akan menjadi penghuni garasimu.

Selamat malam Cinta, meski tak romantis kuharap esok pagi kau baca surat balasan ini dariku.

Dari motor bututmu.


Tidak ada komentar: