Jumat, 20 Januari 2017

The First Sight with Him




Ini adalah kisah pertemuan pertamaku dengannya

Dia, lelaki yang dalam kesederhanaan, tetapi mampu meneduhkan di setiap kata dan tatapnya. Lelaki yang tak banyak bicara, memiliki senyum yang menenangkan, bahkan hanya melihat punggungnya dari kejauhan memberi efek hangat yang menjalar di hati.

Dia, lelaki yang santun. Tahu bagaimana cara menghormati dan menghargai wanita. Saat bicara dengannya, ada rasa nyaman sekaligus sebuah rasa yang sulit dijabarkan. Ya, aku yang tak pernah bisa menatap kedua matanya untuk jangka waktu lama. Hanya sepersekian detik, lantas kutundukkan kepala meski ia masih terus bercerita. Bukan karena tidak sopan atau jenuh berbicara dengannya, hanya saja aku harus berusaha untuk mengendalikan hati, pikiran, dan jantungku yang detaknya semakin tak karuan. Kalian pernah bertemu pria seperti itu, lelaki yang membuatmu tertunduk malu?

Terkadang aku bisa jatuh cinta dengan seseorang hanya karena membaca tulisannya yang membuatku jatuh dalam pesona. Dia, pernah menuliskan sebait rasa yang masih terus menjadi rahasia, apa makna dari deretan aksara yang dia tulis? Aku bahkan tidak pernah berani menanyakannya, biarkan menjadi rahasia hati antara dia dan Tuhan. Apa aku tidak peka? Bukan. Karena aku merasa cukup dikagumi dengan caranya, aku pun mengagumi dia dengan caraku. Sebait rasa itu, masih tertinggal di hati terdalam, yang mungkin besok atau lusa jika aku bertemu dengannya akan ada cerita tentang sebait rasa yang tertimbun asa.

Dia, sungguh lelaki yang belum pernah kutemui. Aku bertemu dengannya dalam khayal, dalam mimpi, dan dalam doa. Mungkinkah kamu pemilik sebait rasa itu? Tolong temui aku dalam nyata, dan katakan tentang asa yang pernah kau lantunkan di langit dedoa, tentang aku, kamu, dan kita yang belum pernah bersua.

~o~

Ini challenge yang sedikit membuatku terpaku menatap layar, entah apa yang akan kutulis tentang pertemuan pertama dengan dia. Dia yang bahkan aku tak pernah tahu siapa, dia yang masih menjadi rahasia, dia yang ratusan kali berpikir tentang kemungkinan dia, dia, dan dia yang lain, tetapi tak mendapatkan jawaban dari sosok dia yang diharapkan. (abaikan tentang pengulangan :D)

Ada banyak orang yang pernah kita temui, sebagian menjadi pelengkap, ada juga yang sekadar numpang lewat. Selalu ada makna dari setiap pertemuan yang tak sedikit berujung perpisahan. Mungkin aku pernah bertemu dia, sayangnya aku melupakan momen terbaik dengannya, bukan berarti menyisakan hal buruk. Terkadang ingatan kita lebih baik untuk merekam hal-hal yang indah saja. Oh, sepertinya aku melupakan kalau pernah punya mantan. Mungkin memang mantan itu tak pernah ada.

Baiklah, aku juga bukan tipe yang ingin terjebak dengan masa lalu. Sebaiknya, kita menata diri untuk masa depan saja.

Kalian, masih akankah mengingat pertemuan pertama dengan dia? Atau mempersiapkan diri bertemu dengan dia yang akan membahagiakan di masa depan? Semua itu hanyalah pilihan. Kuy,ceritakan mana pilihan versi kalian.

Tidak ada komentar: