Minggu, 15 Maret 2015

Hidup Tak Seindah Dunia Fantasi



Oleh : Nanae Zha

“Kak, Dina mau jalan-jalan ke Dufan kayak keluarganya Cika.”
“Iya, nanti kalau punya uang kita pergi ke sana.”
“Kapan?” Tentu saja pertanyaan yang belum bisa aku jawab, karena bagi Dina jawaban itu akan menyisakan harapan. Harapan yang mungkin tidak akan pernah terwujud.
Cuaca hari ini begitu panas, tidak ada pertanda bahwa langit akan turun hujan. Sesaat aku terdiam menatap selebaran di depan mata. Lowongan pekerjaan sebagai badut di taman kota. Aku segera mencatat nomor serta alamat yang tertera. Tak buang waktu, kesempatan itu tak selalu ada, khawatir lowongan terisi oleh orang lain.

Dina, kalau sudah punya uang kita bisa bermain ke Dufan. Geremet hatiku

Aku mengayuh sepeda tua dengan kencang, tak peduli dengan hiruk pikuk jalanan dan panasnya cuaca yang membakar kulit. Tepat di tikungan, tanpa sempat kukendalikan sebuah mobil pick up menyenggol sepeda.
“Arrrgghhh ....”
Aku terjatuh, celana sobek tepat di bagian lutut. Dari sana mengucur darah segar, bukan karena darahnya yang menjadi masalah. Kakiku nyaris tidak bisa digerakkan sama sekali.
Orang-orang yang bersimpati menolongku. Awalnya mereka akan membawa ke rumah sakit. Lagi-lagi yang menjadi pikiran adalah biaya perawatan dan hal tak terduga. Sedangkan Dina di rumah sendiri. Dengan segala kerendahan hati, aku memohon agar dibawa pulang ke rumah.
“Kakak kenapa?” tanya Dina. Air mata memburai dari dua bola matanya yang bulat.
“Dina, maafkan Kakak belum bisa mengajakmu ke Dufan.”
“Enggak apa-apa, Kak. Dina enggak mau ke Dufan, cuma mau Kakak cepet sembuh,” tuturnya menggetarkan hatiku.
Seharian ini ia menemaniku, dengan menonton kartun kesayangannya. Doraemon yang memiliki kantong ajaib, bisa mengabulkan apapun keinginan Nobita.
“Kalau Dina punya Doraemon, Dina mau pintu ajaib ke Dufan. Pasti rasanya menyenangkan.”
Andai saja aku bisa menjadi Doraemonnya Dina, memenuhi segala pintanya. Sayangnya Doraemon itu tidak ada.

***

Cianjur, 15 Maret 2015

Tidak ada komentar: