Minggu, 26 Oktober 2014

Review SUPERNOVA#2_AKAR






Judul Buku : SUPERNOVA Episode AKAR
Penulis : Dewi Lestari “DEE”
Penerbit : Bentang Pustaka



Engkaulah gulita yang memupuskan segala batasan dan alasan
Engkaulah penunjuk jalan menuju palung kekosongan dalam samudera terkelam
Engkaulah sayap tanpa tepi yang membentang menuju tempat tak bernama namun terasa ada

Ajarkan aku,
Melebur dalam gelap tanpa harus lenyap
Merengkuh rasa takut tanpa perlu surut
Bangun dari ilusi namun tak memilih pergi

Tunggu aku,
Yang hanya selangkah dari bibir jurangmu.

Dengan di re-publishnya buku ini  yang merupakan sequel dari Supernova : Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh membuat saya akhirnya merasa berhutang untuk menuliskan kembali review-annya, meskipun telah banyak resensi tentang buku ini. Dan jangan sebut ini review, anggap saja ini hanya celotehan dari pembaca awam.
Saya cukup antusias dengan republishnya, meskipun sejujurnya saya lebih menyukai cover AKAR yang lama terbitan Trudee Books, kereeen binggo! klo kata anak-anak zaman sekarang. Soalnya saya bisa menempel foto di sana :)


Sebenarnya, ketika saya baca dan akhirnya bisa menuntaskan buku ini (dalam satu hari dimulai dari awal) setelah dibiarkan beberapa bulan, saya merasa sedikit kecewa karena mengingat ini sequel saya mengharapkan adanya jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tentang misteri yang belum terkuak di KPBJ. Namun, kenyataannya sampai akhir kalimat pertanyaan saya masih belum terjawab malah saya dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan baru. Karena saya membaca dari buku versi lamanya, dan saya membaca sedikit cuap-cuap penulis tentang empat tokoh yang akan disuguhkan yaitu : Bodhi, Elektra, Zarah dan Alfa. Namun, yang dihadirkan di sini baru tentang setengah perjalanan Bodhi yang akhirnya pun entah akan seperti apa? Mari kita buka keping per keping.

Keping 34 :
Bercerita tentang Gio, sebuah misteri tentang keberadaan Diva. Sebuah kabut yang tak tergenggam.
Seorang pria dengan montera merah menyala ia berkata, “akan ada yang membantumu. Orang-orang yang tidak kamu kenal. Mereka sejenis dengan yang hilang. Mereka berempat. Satu akan berangkat dan mungkin tidak kembali. Tapi, kamu tidak perlu mengerti... kamu hanya perlu tahu.”

Entah kenapa saya suka dengan bagian ini, banyak yang belum dimengerti namun semuanya menyiratkan sebuah arti.

Keping 35 :
Di Bab ini kemunculan sosok Bodhi, seseorang yang masih mencari jati diri, darimana dia berasal dan akan seperti apa ia berakhir menjadi misteri kehidupan yang tak mudah terjawab. Kemana pun kaki melangkah, takdir selalu menemukan cara untuk membawa kembali pada kenyataan bahwa manusia hanya mampu menjalani dan menikmati setiap kesempatan yang ada. Cerita hidup Bodhi dapat menjadi inspirasi seumur hidup, sebagaimana yang ia alami.

Kuraih simpul mati bandanaku, menguraikannya perlahan,mengangkatnya hati-hati. Membiarkan orang-orang bergelut dengan badai benak masing-masing. Reaksi semua manusia kala pertama mereka melihatku tanpa penutup kepala. Mereka diam karena meragu....
Adakah anak bernama Bodhi yang mencuci setengah tubuhnya cuma untuk bercerita, bersila sempurna dengan tasbih kayu di tangan kiri, adalah manusia?

Bong, sahabat yang memperkenalkannya pada konsep anarki dan filosofi punk yang ia buat sendiri. Mencoba mencari kebebasan dengan caranya, bukan ia orang yang tak tahu budaya. Justru mindsetnya terlalu realitas melihat kenyataan yang ada, perih! Buku-buku yang dibacanya hanya memberikan teori dan sejarah tanpa bisa menorehkan sejarah kemajuan akan sebuah budaya baru. Pandangan yang berbeda tentang kebebasan hidup.

Guru Liong, Tristan, Kell, dan Star yang mewarnai kehidupan barunya dengan seribu pengalaman demi menemukan jati diri, bahkan yang pada akhirnya pencarian itu masih juga belum selesai.

“Tugasku menabur, tugasmu mengakar”
Quote Kell yang cukup keren. Suka... suka... suka! 

Keping 36 :

Untuk : Akar
Di mana pun kamu berada

Lama tidak bertemu bukan berarti saya lupa.
Berjalan 2500 tahun bukan sekedar sebentar, saya harap kamu mengerti. Asko sangat dingin dan tempat ini sangat asing. Padahal ini tempat kita biasa belajar tapi sudah tidak sama, ya?

Akar, matahari kelima akan terbenam tidak lama lagi.
Saya ingin optimis tapi sulit. Mereka masih mengira mereka terpisah. Saya cemas matahari tenggelam sebelum semua frekuensi lepas landas. Tapi mereka seperti bertahan. Sengaja bertahan.

Jangan takut, Akar. Kebenaran yang tak bernama tak pernah terputus. Datang sebelum waktu. Hadir sebelum ruang. Kamu selalu bercermin. Poros keempat yang tidak terlihar, jangan lupa itu.

Salam saya untuk tiga teman kamu. Petir harus dibuat lebih percaya diri.
Selamat menjadi:
S

Bodhi tercenung, sebuah surat rupanya. Surat janggal yang tak ia mengerti. Bodhi merasa surat itu mengarah padanya. Tapi siapa “S”? Petir, Asko, matahari kelima, poros keempat, tiga teman? Dan siapa AKAR?

~o~


Terlalu banyak pertanyaan yang disisakan.
Sayangnya beberapa hal yang membuat saya jenuh adalah narasi yang cukup panjang, selain itu kemunculan banyak tokoh di Keping ke 35. Entah berapa mulai dari pemilik kos-kosan Pak Yunus, warung rokok si Gombel, ojek si Kimun, Bong sebagai bos punk, Tristan teman dari Australia, Kell seorang tattooist dan hidup untuk menunaikan tugasnya menggenapi simbol tatto ke 618. Entah ada arti apa di balik nomor itu? Jan, Clark, Heldegaard, teman kosan yang lebih sering berganti-ganti, juga Ishtar Summer cinta pertama Bodhi. Keo seorang guide, Luca seorang rastafara, Dieth supir penyelundup, sampai Georgy pembantu rumah Bob Marley yang masih ingin melihat dunia di usianya yang menginjak 72 tahun dengan kursi roda yang setia menemani. Gloria, Epona, Neang Ry, dan seabreg tokoh lain, ehmmm... banyak, kan???
Ayoo... siapa lagi yang mau menambahkan tokoh yang belum saya sebutkan? Hihihi... 

Indonesia, Myanmar, Laos, Thailand perjalanan panjang melewati setiap perbatasan negara. Meskipun tidak terlalu banyak istilah sains seperti pada KPBJ namun, kebanyakan tokoh dan setting tempat yang cukup banyak membuat saya bingung. Mungkin satu-satunya cara agar saya tidak bingung adalah memiliki peta dan menyusuri setiap tempat yang dikunjungi Bodhi kecuali beberapa daerah yang bukan tempat wisata, apalagi melewati hutan dimana kelompok Khmer Merah berada, karena nasib saya tidak ingin seperti Dieth dan tanah penuh ranjau (abaikan bagian ini) karena saya cukup terhanyut saat Kell harus meninggal dengan cara dan di tempat seperti itu.

Di buku ini, mungkin di awal akan merasa ketidak sinambungan antara Keping 34, 35 dan 36 apalagi dengan KPBJ. Bukan TIDAK! Mungkin belum, karena benang merahnya masih berupa jaring laba-laba bening yang tak kasatmata. #halah

Well, diakhir ocehan saya ini, Supernova bukanlah buku yang bisa dinikmati oleh pecinta genre romance apalagi teenlit jangan berharap menemukan pangeran ganteng yang bertemu dengan Cinderella dan akhirnya menikah lalu hidup bahagia selamanya. Lupakan dengan cerita kacangan kayak gitu #eh... Yang kacangan itu lebih mirip naskah novel saya??? #ampuuunnn....

 Jika kalian mencari sesuatu yang berbeda, maka Supernova menjadi salah satu resensi buat kalian. (catatan : bacalah dengan sabar, jangan diPRkan beberapa hari apalagi berbulan-bulan. Jika masih belum mengerti maka baca ulang... hihihi :P #betapa karya yang tak biasa, kan?)
Selamat membaca!

Tunggu celoteh saya selanjutnya dalam SUPERNOVA Episode PETIR!              

Tidak ada komentar: